Saturday, 18 May 2019

Cultural Approach to Organization (Pendekatan Budaya Pada Organisasi)- Clifford Geertz & Michael Pacanowsky

Chapter 19 From Em Griffin Books       
Cultural Approach to Organizations (Clifford Geertz & Michael Pacanowsky)
Pendekatan budaya untuk organisasi. Dalam teori ini, dibahas mengenai budaya yang mendekatkan orang orang didalam sebuah organisasi. Teori ini juga membahas mengenai budaya yang ada dalam organisasi.

# Culture as a Methaphor of Organizational Life
jika melihat kata “methapor” ingat saja majas metafora. Yaitu majas yang mengungkapkan sesuatu melalui analogi/ ungkapan secara tidak langsung. Biasanya menggunakan kata “bagaikan”. Misalnya, dalam menganalogikan organisasi menggunakan kata “kapal” ketika organisasi tersebut mulai goyah, maka kita mengatakannya “ bagaikan kapal sedang terombang-ambing”. 
To describing an organizational life using methaphor, ada 2 cara. 
·     Use phrases: menggunakan utaraan/ pujian. Ex; nyanyi sebelum bekerja/ beraktivitas. 
·     Use term      :  mendeskripsikan secara langsung menggunakan kalimat. Misalnya, PT. Maju adalah perusahaan yang friendly to work.

# What Culture is: What Culture is not
·     Culture (culture): nilai luhur. Systems of shared meaning. Misalnya, adat istiadat, habit.
·     Cultural Perfomance (not culture): tindakan pribadi yang bukan merupakan budaya. Misalnya, tidak mandi, tidak mengerjakan tugas.

# Thick Description: What Etnographers Do
1.    Accurately describe talk and actions and the context in which they occur
2.    Capture thought, emotion, and web social interact
3.    Assign motivation, intention dan purpose what people say and do
4.    Artfully write this up. Sehingga readers experienced the events
5.    Interpret what happened: makna sesuatu berdasarkan budaya

# The Symbolic Interpretation of Story
interpretasi dari budaya yang dibangun dalam suatu organisasi, semakin memperkuat organisasi tersebut.
·     Corporate Stories: mengenai asal usul pembentukan organisasi. Sejarah berdirinya suatu organisasi
·     Personal Stories: mengenai hal hal yang dialami diri sendiri. Seperti achievement, teguran, dll
·     Collegial Stories: cerita dari seseorang yang diceritakan orang lain kepada kita. Dapat berupa kinerja si A. jadi kita tahu bagaimana iklim perusahaan/ organisasi. Santai atau ambis. Dan mengetahui bagaimana orang orang dapat disukai atasannya. Dari collegial stories, dapat juga kita jadikan acuan.

#Ritual: This is The Way Its Always Been and Always Will Be
kebiasaan yang sering dilakukan organisasi. Sudah menjadi kebiasaan dan tidak akan pernah ditinggalkan. Misalnya, di perusahaan A, wajib Apel pagi tiap hari senin.

# Contoh Cultural Approach to Organizations
Organisasi       : Muhammadiyah
Pendiri             : K.H Ahmad Dahlan
Pergerakan      : Keislaman
Penjabaran       :
Culture that’s in Muhammadiyah yaitu nilai nilai keislaman. Yakni nilai nilai kental yang diajarkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Organization life kaitannya dengan methaphor yakni mendeskripsikan secara tidak langsung mengenai suatu organisasi.
Organization life di Muhammadiyah: 
-      Upacara upacara yang biasa diadakan oleh masyarakat daerah seperti nujuhbulanan, dalam muhammadiyah tidak ada. Karena muhammadiyah merujuk sekali dengan seluruh aktivitas yang “Rasulullah SAW lakukan”. Nujuhbulanan tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. 
-      Muhammadiyah dalam namanya sudah jelas bahwa praktik kegamaannya hanya mengikuti apapun yang dilakukan Rasulullah.
-      Dalam hal bacaan shalat, Muhammadiyah berbeda dengan NU. Namun dalam konteks, makna yang sama.
-      To describing an organizational culture, we have two ways. Using phrase or using term. Using phrase: adanya mars muhammadiyah yang diterapkan di berbagai institusi pendidikan milik muhammadiyah.
Using term: with character: muhammadiyah: mengikuti life habit Rasulullah SAW.
-      Memiliki kutipan khas yakni “Hidup Hidupilah Muhammadiyah dan Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah”

Budaya dan yang bukan budaya. Dalam Muhammadiyah, budaya yaitu seluruh
aktivitas Rasulullah yang menjadi rujukan bagi Muhammadiyah. Bukan budaya adalah segala sesuatu yang tidak pernah rasulullah lakukan seperti acara nujuhbulanan, tahlilan dan selawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid'ah yang mesti ditinggalkan dari perbuatan Islam,dll.
            Ritual. Yang tidak bisa ditinggalkan Yakni perhitungan puasa pada setiap tahunnya. Lalu kegiatan muktamar untuk membahas isu isu internal, ekstenal organisasi. 
            Symbolic interpretation menguatkan pondasi organisasi. Budaya dibuat dan dijalani sesuai dengan tujuan awal pembuatan organisasi serta sejarahnya (corporate story), lalu budaya diperkuat dengan achievement yang didapatkan KH Ahmad Dahlan dalam memberikan impact kepada masyarakat (personal stories), lalu adanya cerita orang lain yang diceritkan lagi kepada kita yang akan membuat kita termotivasi ataupun to find some mistakes yang harus diperbaiki. Apa saja yang boleh dan tidak dalam perjalanan sebuah organisasi.

Lampiran         :

A.    SEJARAH BERDIRINYA
      Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan 18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan KH Ahmad Dahlan
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian keagamaan dirumahnya ditengah kesibukannya sebagai Khatib dan para pedagang.
Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajakannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.
Disamping memberikan pelajaran/pengetahuannya kepada laki-laki, beliau juga memberi pelajaran kepada kaum Ibu muda dalam forum pengajian yang disebut "Sidratul Muntaha". Pada siang hari pelajaran untuk anak-anak laki-laki dan perempuan. Pada malam hari untuk anak-anak yang telah dewasa.
Disamping memberikan kegiatan kepada laki-laki, pengajian kepada ibu-ibu dan anak-anak, beliau juga mendirikan sekolah-sekolah. Tahun 1913 sampai tahun 1918 beliau telah mendirikan Sekolah Dasar sejumlah 5 buah, tahun 1919 mendirikan Hooge School Muhammadiyah ialah sekolah lanjutan. Tahun 1921 diganti namanya menjadi Kweek School Muhammadiyah, tahun 1923, dipecah menjadi dua, laki-laki sendiri perempuan sendiri, dan akhirnya pada tahun 1930 namanya dirubah menjadi Mu`allimin dan Mu`allimat.
Suatu ketika KH.Ahmad Dahlan menyampaikan usaha pendidikan setelah selesai menyampaikan santapan rohani pada rapat pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta. Ia menyampaikan keinginan mengajarkan agama Islam kepada para siswa Kweekschool Gubernamen Jetis yang dikepalai oleh R. Boedihardjo, yang juga pengurus Budi Utomo. Usul itu disetujui, dengan syarat di luar pelajaran resmi. Lama-lama peminatnya banyak, hingga kemudian mendirikan sekolah sendiri. Di antara para siswa Kweekschool Jetis ada yang memperhatikan susunan bangku, meja, dan papan tulis. Lalu, mereka menanyakan untuk apa, dijawab untuk sekolah anak-anak Kauman dengan pelajaran agama Islam dan pengetahuan sekolah biasa. Mereka tertarik sekali, dan akhirnya menyarankan agar penyelelenggaraan ditangani oleh suatu organisasi agar berkelanjutan sepeninggal K.H. Ahmad Dahlan kelak.
                Setelah pelaksanaan penyelenggaraan sekolah itu sudah mulai teratur, kemudian dipikirkan tentang organisasi pendukung terselenggaranya kegiatan sekolah itu. Dipilihlah nama "Muhammadiyah" sebagai nama organisasi itu dengan harapan agar para anggotanya dapat hidup beragama dan bermasyarakat sesuai dengan pribadi Nabi Muhammad saw. Penyusunan anggaran dasar Muhamadiyah banyak mendapat bantuan dari R. Sosrosugondo, guru bahasa Melayu Kweekschool Jetis. Rumusannya dibuat dalam bahasa melayu dan Belanda. Kesepakatan bulat pendirian Muhamadiyah terjadi pada tanggal 18 November 1912 M atau 8 Zulhijah 1330 H. Tgl 20 Desember 1912 diajukanlah surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda, agar perserikatan ini diberi izin resmi dan diakui sebagai suatu badan hukum. Setelah memakan waktu sekitar 20 bulan, akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengakui Muhammadiyah sebagai badan hukum, tertuang dalam Gouvernement Besluit tanggal 22 Agustus 1914, No. 81, beserta alamporan statuennya.
Muhammadiyah juga mendirikan organisasi untuk kaum perempuan dengan Nama 'Aisyiyah yang disitulah Istri KH. A. Dahlan, Nyi Walidah Ahmad Dahlan Nyi Walidah Ahmad Dahlan berperan serta aktif dan sempat juga menjadi pemimpinnya.
KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922 dimana saat itu masih menggunakan sistem permusyawaratan rapat tahunan. Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini Menjadi Muktamar 5 tahunan.

b.    arti Muhammadiyah

1.     Arti Bahasa (Etimologis) 
Muhamadiyah berasal dari kata bahasa Arab "Muhammad", yaitu nama nabi dan rasul Allah yang terkhir. Kemudian mendapatkan "ya" nisbiyah, yang artinya menjeniskan. Jadi, Muhamadiyah berarti "umat Muhammad saw." atau "pengikut Muhammad saw.", yaitu semua orang Islam yang mengakui dan meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. adalah hamba dan pesuruh Allah yang terakhir.

2.     Arti Istilah (Terminologi)
     Secara istilah, Muhamadiyah merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Alquran dan sunah, didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H, bertepatan 18 November 1912 Miladiyah di kota Yogyakarta.
        Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud untuk berpengharapan baik, dapat mencontoh dan meneladani jejak perjuangan Rasulullah saw. dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, semata-mata demi terwujudnya 'Izzul Islam wal muslimin, kejayaan Islam sebagai realita dan kemuliaan hidup umat Islam sebagai realita. 
c.    Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
        Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah. Tetapi, dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula.
Pada waktu pertama berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan untuk menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw. kepada penduduk bumi-putra, dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Hingga tahun 2000, terjadi tujuh kali perubahan redaksional maksud dan tujuan Muhamadiyah. Dalam muktamarnya yang ke-44 yang diselenggarakan di Jakarta bulan Juli 2000 telah ditetapkan maksud dan tujuan Muhamadiyah, yaitu Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT.

D.    Amal Usaha Muhammadiyah
                Usaha yang dilakukan Muhammadiyah pertama  melalui pendidikan, yaitu dengan mendirikan sekolah Muhammadiyah. Selain itu juga menekankan pentingnya pemurnian tauhid dan ibadah, seperti: meniadakan kebiasaan menujuhbulani (Jawa: tingkeban), yaitu selamatan bagi orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat-istiadat Jawa kuno, biasanya diadakan dengan membuat rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang dikenal dengan nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah jeruk, dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan maksud mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam kandungan itu.
Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri, seperti selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman, dll yang dikenal dengan manakiban. Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca Barzanji, yaitu suatu karya puisi serta syair-syair yang mengandung banyak pujaan kepada Nabi Muhammad saw. yang disalahartikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah menilai, ada kecenderungan yang kuat untuk mengultusindividukan seornag wali atau nabi, sehingga hal itu dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada juga acara yang disebut "khaul", atau yang lebih populer disebut khal, yaitu memperingati hari dan tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-besaran terhadap arwah orang-orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh Muhammadiyah juga dipandang dapat mengerohkan tauhid.
Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca pada malam Jumat dan hari-hari tertentu adalah suatu bid'ah. Begitu juga ziarah hanya pada waktu-waktu tertentu dan pada kuburan tertentu, ibadah yang tidak ada dasarnya dalam agama, juga harus ditinggalkan. Yang boleh adalah ziarah kubur dengan tujuan untuk mengingat adanya kematian pada setiap makhluk Allah.
Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam Islam sangat dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga sangat dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca Alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal itu tidak berdasar pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan. Demikian juga tahlilan dan selawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid'ah yang mesti ditinggalkan dari perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid.

E. Perkembangan Muhammadiyah 
Dalam usia hampir satu abad, alhamdulillah Muhammadiyah masih tegak berdiri dan terus berkembang ke seluruh penjuru tanah air, bahkan di beberapan negara telah berdiri cabang khusus seperti di Singapura, Jerman, Belanda, Australia, Mesir, dll.  Dari segi kemajuan amal usaha Muhamadiyah telah banyak berkembang, yang meliputi berbagai bidang kehidupan.
1.     Perkembangan Muhamadiyah dalam bidang keagamaan
Dalam bidang keagamaan terlihat dalam upaya-upayanya, seperti terbentuknya Majlis Tarjih (1927), yaitu lembaga yang menghimpun ulama-ulama dalam Muhammadiyah yang secara tetap mengadakan permusyawaratan dan memberi fatwa-fatwa dalam bidang keagamaan, serta memberi tuntunan mengenai hukum. Majlis ini banyak telah bayak memberi manfaat bagi jamaah dengan usaha-usahanya yang telah dilakukan:
§  Memberi tuntunan dan pedoman dalam bidang ubudiyah sesuai dengan contoh yang telah diberikan Rasulullah saw. 
§  Memberi pedoman dalam penentuan ibadah puasa dan hari raya dengan jalan perhitungan "hisab" atau "astronomi" sesuai dengan jalan perkembangan ilmu pengetahuan modern. 
§  Mendirikan mushalla khusus wanita, dan juga meluruskan arah kiblat yang ada pada amasjid-masjid dan mushalla-mushalla sesuai dengan arah yang benar menurut perhitungan garis lintang. 
§  Melaksanakan dan menyeponsori pengeluaran zakat pertanian, perikanan, peternakan, dan hasil perkebunan, serta amengatur pengumpulan dan pembagian zakat fitrah. 
§  Memberi fatwa dan tuntunan dalam bidang keluarga sejahtera dan keluarga berencana. 
§  Terbentuknya Departemen Agama Republik Indonesia juga termasuk peran dari kepeloporan pemimpin Muhammadiyah. 
§  Tersusunnya rumusan "Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah", yaitu suatu rumusan pokok-pokok agama Islam secara sederhana, tetapi menyeluruh. 

2.     Dalam bidang pendidikan, usaha yang ditempuh Muhammadiyah meliputi: 
§  mendirikan sekolah-sekolah umum dengan memasukkan ke dalamnya ilmu-ilmu keagamaan, dan 
§  mendirikan madrasah-madrasah yang juga diberi pendidikan pengajaran ilmu-ilmu pengetahuan umum. 
§  mendirikan perguruan tinggi ilmu agama dan umum
Dengan usaha perpaduan tersebut, tidak ada lagi pembedaan mana ilmu agama dan ilmu umum. Semuanya adalah perintah dan dalam naungan agama.  Kini jumlah sekolah yang didirikan telah mencapai ribuan serta ratusan perguruan tinggi

3.     Dalam bidang kemasyarakatan, usaha-usaha yang telah dilakukan Muhammadiyah meliputi: 
§  Mendirikan rumah-rumah sakit modern, lengkap dengan segala peralatan, membangun balai-balai  pengobatan, rumah bersalin, apotek, dan sebagainya, yang kini jumlahnya sdudah ratusan. 
§  Mendirikan panti-panti asuhan anak yatim, baik putra maupun putri untuk menyantuni mereka. 
§  Mendirikan perusahaan percetakan, penerbitan, dan toko buku yang banyak memublikasikan majalah-majalah, brosur dan buku-buku yang sangat membantu penyebarluasan paham-paham keagamaan, ilmu, dan kebudayaan Islam. 
§  Pengusahaan dana bantuan hari tua, yaitu dana yang diberikan pada saat seseorang tidak lagi bisa abekerja karena usia telah tua atau cacat jasmani. 
§  Memberikan bimbingan dan penyuluhan keluarga mengenai hidup sepanjang tuntunan Ilahi. 

4.     Dalam bidang politik, usaha-usaha Muhammadiyah meliputi: 
§  Menentang pemerintah Hindia Belanda yang mewajibkan pajak atas ibadah kurban. Hal ini berhasil dibebaskan.
Pengadilan agama di zaman kolonial berada dalam kekuasaan penjajah yang tentu saja beragama Kristen. Agar urusan agama di Indonesia, yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, juga dipegang oleh orang Islam, Muhammadiyah berjuang ke arah cita-cita itu. 
§  Ikut memelopori berdirinya Partai Islam Indonesia. Pada tahun 1945 termasuk menjadi pendukung utama berdirinya partai Islam Masyumi dengan gedung Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tempat kelahirannya. 
§  Ikut menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia di kalangan umat Islam Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia dalam tablig-tablighnya, dalam khotbah ataupun tulisan-tulisannya. 
§  Pada waktu Jepang berkuasa di Indonesia, pernah seluruh bangsa Indonesia diperintahkan untuk menyembah dewa matahari, tuhan bangsa Jepang. Muhammadiyah pun diperintah untuk melakukan Sei-kerei, membungkuk sebagai tanda hormat kepada Tenno Heika, tiap-tiap pagi sesaat matahari sedang terbit. Muhammadiyah menolak perintah itu. 
§  Ikut aktif dalam keanggotaan MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) dan menyokong sepenuhnya tuntutan Gabungan Politik Indonesia (GAPI) agar Indonesia mempunyai parlemen di zaman penjajahan. Begitu juga pada kegiatan-kegiatan Islam Internasional, seperti Konferensi Islam Asia Afrika, Muktamar Masjid se-Dunia, dan sebagainya, Muhammadiyah ikut aktif di dalamnya. 
§  Pada saat partai politik yang bisa amenyalurkan cita-cita perjuangan Muhammadiyah tidak ada, Muhammadiyah tampil sebagai gerakan dakwah Islam yang sekaligus mempunyai fungsi politik riil. Pada saat itu, tahun 1966/1967, Muhammadiyah dikenal sebagai ormaspol, yaitu organisasi kemasyarakatan yang juga berfungsi sebagai partai politik. 
Dengan semakin luasnya usaha-usaha yang dilakukan oleh Muhammadiyah, dibentuklah kesatuan-kesatuan kerja yang berkedudukan sebagai badan pembantu pemimpin persyarikatan. Kesatuan-kesatuan kerja tersebut berupa majelis-majelis dan badan-badan. Selain majelis dan lembaga, terdapat organisasi otonom, yaitu organisasi yang bernaung di bawah organisasi induk, dengan amasih tetap memiliki kewenangan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Dalam persyarikatan Muhammadiyah, organisasi otonom (Ortom) ini ada beberapa buah, yaitu:
1.      Aisyiyah  
2.      Nasyiatul 'Aisyiyah  (NA)
3.      Pemuda Muhammadiyah 
4.      Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) /Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
5.      Ikatan Mahasiswa Muhamadiyyah (IMM) 
6.      Tapak Suci Putra Muhamadiyah 
7.     Gerakan Kepanduan Hizbul-Wathan (HW)
Organisasi-organisasi otonom tersebut termasuk kelompok Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM). Keenam organisasi otonom ini berkewajiban mengemban fungsi sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah.

f. Periode Kepemimpinan Muhammadiyah :

1.     K.H. Ahmad Dahlan (1912--1923)
2.     K.H. Ibrahim (1923--1932)
3.     K.H. Hisyam (1932--1936)
4.     K.H. Mas Mansur (1936--1942)
5.     Ki Bagus Hadikusumo (1942--1953)
6.     A.R. Sutan Mansyur (1952--1959)
7.     H.M. Yunus Anis (1959--1968)
8.     K.H. Ahmad Badawi (1962--1968)
9.     K.H. Fakih Usman/H.A.R. Fakhrudin (1968--1971)
10.  K.H. Abdur Razak Fakhruddin (1971--1990)
11.  Prof Dr. K.H. A. Azhar Basyir, M.A. (1990--1995)
12.  Prof. Dr. H.M. Amien Rais/Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (1995--2000)
13.  Prof. Dr. H.A. Syafii Maarif (2000--2005)
14. Prof. DR. H. Din Syamsuddin, M.A. (2005-2010)

g. Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah 
      Muhammadiyah adalah gerakan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi.  
1.     Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai kepada Nabi Muhammad saw., sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan spirituil, duniawi dan ukhrawi.
2.   Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan:  Alquran: kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw.  Sunnah Rasul: penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Alquran yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
3.     Muhammadiyah bekerja untuk teraksananya ajaran-ajaran Islam yang meliuti bidang-bidang:  Akidah , Akhlak ,  Ibadah , Muamalah Duniawiyah
4.   Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah Islam yang murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah, dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
5.     Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Alquran dan Sunnah Rasul, tidak bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
6.   Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh Rasulullah Saw. tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.

7.   Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya muamalat duniawiyat (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada Allah SWT.
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berfilsafat Pancasila, untuk berusaha bersama-sama menjadikan suatu negara yang adil, makmur dan diridhai Allah SWT. Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. 



Uses and Gratifications (Teori Kegunaan dan Kepuasan)- Elihu Katz

Chapter 28 From Em Griffin Books Uses and Gratification (Elihu Katz) Teori ini menekankan titik berat terhadap penelitian yang dilakuka...