Chapter 17 from Em Griffin Books
Functional Perspective on Group Decision Making (Randy Hirokawa & Dennis Gouran)
Fungsi perspektif dalam pembuatan keputusan grup. Teori ini menganggap bahwa anggota peduli dengan isu, ide baru, pemikiran jernih. Functional perspective maksudnya pendekatan yang mendeskripsikan dan memprediksi performa tugas grup ketika keempat fungsi komunikasi terpenuhi. Jadi, dalam membuat keputusan bersama, dibutuhkan demokrasi yakni menyepakati tujuan bersama-sama.
# Empat fungsi dari pembuatan keputusan yang efektif
· Analysis of the problem
Menganalisis masalah. Kesalahpahaman dalam suatu situasi dapat diperparah ketika anggota membuat keputusan akhir. Adanya perdebatan ataupun kesalahpahaman dalam menelaah usulan. Menentukan masalah yang kira kira dialami kelompok ketika menyelesaikan si masalah/tujuannya. Contohnya, jika kelompok akan mengadakan program A, apakah akan efektif ketika nanti dijalani oleh anggotanya? Apakah akan berhasil mencapai tujuannya?
· Goal setting
Harus ada. Karena adanya grup pastinya harus memiliki tujuan yang jelas agar jalan yang ditempuh tidak melenceng. Contohnya, grup anti rokok bertujuan mengedukasi masyarakat agar tidak merokok karena berbahaya bagi dirinya dan orang lain disekitarnya.
· Identification of alternatives
Dalam penyelesaian masalah, biasanya ada opsi. Contohnya, dalam membuat kesimpulan. Masalah kesehatan ada di desa A dan desa B. jadi, pemerintah harus banyak menyuplai makanan bergizi untuk desa A, dan desa B membutuhkan akses kesehatan yang memadai.
· Evaluation of positive and negative characteristic
Setelah grup mengidentifikasi solusi, anggotanya harus hati hati dalam menguji manfaat dari opsi opsi tersebut. Yang mana yang mereka percayai memiliki tingkat kepentingan yang tinggi?
- Predictable outcomes: memprediksi hasil dari keputusan
# Prioritizing the four function
refers to the question of which function is most important in order for a group to maximize the probability of a high quality decision.
Pertama, temukan mana yang salah, selanjutnya perbaiki pikiranmu tentang bagaimana kamu ingin memperbaikinya dengan baik. Atau sebelumnya kamu menanyakan mekanik untuk menyusun pilihan yag kamu dapatkan. Atau keduanya. Finally, pertimbangkan mana yang memiliki manfaat sangat baik. Kemudian, putuskan.
# The role of communication fulfilling the functions
peran komunikasi dalam menjalankan fungsinya.
Interaksi verbal memiliki fungsi: menyampaikan informasi, menangkap dan memperbaiki kesalahan, mempengaruhi orang lain. Tapi gangguan dan nonproductive conv dapat membuat channel menjadi noise, or losing information.
Ada 3 tipe komunikasi grup dalam mengambil keputusan:
- Promotive-interaction: menggerakan kelompok kira kira dari ke4 fungsi, yang mana yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan.
- Disruptive-interaction: yang mengalihkan, menghambat atau menggagalkan kemampuan anggota kelompok untk mencapai 4 fungsi tugas
- Counteractive-interaction: anggota grup yang mengembalikan grup ke tujuan semula.
# Toughtful advice for those who know they are right
saran yang bagus untuk mereka yang tahu bahwa mereka benar
ada 6 langkah dari proses berfikir reflektif dari cara dokter treating their patient:
- kenali gejala penyakit
- mendiagnosis penyebab penyakitnya
- kriteria establsh untuk kesehatan
- mempertimbangkan kemungkinan solusi
- menguji untuk menentukan solusi mana yang akan bekerja
- impolement untuk meresepkan solusi terbaik
reflective thinking adalah berpikir yang mendukung pertimbangan rasional daripada firasat intuitif atau tekanan dari mereka yang memiliki pengaruh.
# Habermas Discourse ethics
discourse ethics adalah situasi bicara yang ideal di mana peserta yang beragam dapat secara rasional mencapai konsensus tentang standar etika universal. Bagaimana keberagaman audiens diseragamkan dengan etika yang berlaku.
· Validitas konsensus dapat benar jika memenuhi 3 syarat
- Requirement for access: semua orang yang terpegaruh oleh etika, norma, yang diperdebatkan dapat didengar, terlepas dari status mereka. Maksudnya, all people dari berbagai golongan, lapisan sangat dihargai tanpa prasangka.
- Requirement for argument: all participants bertukar sudut pandang dan dalam hubungan yang timbal balik, tulus dan pengertian. Tiap orang punya kegemarannya masing masing, tapi terbuka dengan apapun yang digemari orang lain.
- Requirement for justification: semua orang dianggap sama. Tidak dibeda bedakan.
# tradisi dan mengapa
masuk kedlam tradisi sosiopsikologi dan tradisi sibernetika. Karena ada sebab akibat, friendship, dan
# Contoh Jurnal
Judul : Aplikasi pengambilan model keputusan
Penulis : Ade Latifa
Abstraksi
K.ajian ini terfokus pada model pengambilan keputusan yang sebelumnya lebih banyak diaplikasikan pada ilmu ekonomi, politik dan psikologi. Belum banyak tulisan yang memuat tentang proses dalam pengambilan keputusan, kebanyakan lebih banyak memfokuskan pada basil dari studi atau output suatu kajian. Diskusi tentang penggunaan dari model pengambilan keputusan sebagai pisau analisis dan aplikasi dari model ini, dapat dikatakan masih sedikit. Berdasarkan hal tersebut, melalui tulisan ini dipaparkan proses pengambilan keputusan terkait dengan perilaku fertilitas berdasarkan pendekatan rasional yang dikembangkan oleh Simon dan Carley . Perilaku fertilitas penting untuk dikaji, karena sebagai variabel, fertilitas berkontribusi terhadap kondisi kemiskinan di daerah perbatasan Sulawesi Utara (2006-2007). Oleh sebab itu suatu pemahaman yang mendalam tentang proses pengambilan keputusan terkait dengan perilaku fertilitas, menjadi penting. Sumber data untuk tulisan ini adalah dari basil studi Kemiskinan Sosial Demografi yang dilakukan tim PPK LIPI di daerah perbatasan Sulawesi Utara. Berdasarkan model pengambilan keputusan, terindikasi bahwa factor ekonomi berperan penting dalam rasionalitas pengambilan keputusan terkait fertilitas.
Kesimpulan
Dari basil kajian yang terfokus pada proses dan rasionalitas pengambilan keputusan dapat dikatakan bahwa berbagai faktor mempengaruhi keputusan yang dibuat individu. Faktor sosial, kebiasaan setempat (tradisi/budaya lokal), psikologi, geografi, melatar belakangi dinamika rasionalitas pengambilan keputusan. Hasil kajian juga mengindikasikan bahwa pertimbangan ekonomi berperan penting dalam rasionalitas pengambilan keputusan terhadap perilaku fertilitas. Namun demikian, tidak mudah untuk menyatakan bahwa aktor pengambil keputusan berlaku ra·sional dalam menetapkan pilihannya, karena tidak semua paham mengenai beragam altematifpilihan yang tersedia termasuk berbagai konsekuensi yang melekat pada pilihan tersebut serta tidak semuakeputusan dibuat berdasarkan kesepakatan maupun urutan prioritas (tidak jelas prioritas yang dimiliki aktor pengambil keputusan). Misalnya dalam hal pemilihan kontrasepsi, karena keterbatasan alat kontrasepsi maka tidak semua pengguna/akseptor
KB memiliki pemahaman yang luas/komprehensifmengenai alat kontrasepsi termasuk dampak dari masing-masing alat kontrasepsi. Dengan demikian, pilihan yang dibuat seringkali hanya mengikuti saran ternan tapi bukan berdasarkan informasi yang diterima secara optimal. Hal itu, berimplikasi terhadap basil atau solusi dari proses pengambilan keputusan, yang bukan merupakan basil optimal karen~dibuat atas perbandingan pilihan yang bersifat terbatas. Namun dapat disimpulkan bahwa basil yang dicapai tersebut merupakan output yang memuaskan/dapat diterima, setidaknya tidak ada keraguan atau perasaan tidak nyaman (dilihat dari perspektifpengambil keputusan). Meskipun terdapat beberapa kasus yang memperlihatkan terjadi kegagalan K.B dan berdampak pada kehamilan, namun responden menerima hal tersebut dengan 'Iapang dada' meskipun konsekuensinya adalah bertambahnya jumlah anak dalam keluarga.
Hasil dari kajian inijuga menunjukkan bahwa pengambil keputusan tidak mungkin memiliki pemahaman/informasi yang luas untuk memutuskan suatu pilihan karena seringkali harga/upaya untuk mendapatkan informasi tersebut lebih mahal daripada hasiJJmanfaat yang akan didapatkan. Sebagai gambaran, Desa Tinakareng yang menjadi lokasi penelitian, merupakan wilayah perbatasan. Wilayah perbatasan sebagai daerah yangjauh dari pusat pemerintahan seringkali dihubungkan dengan keterisolasian dan keterbelakangan dalam pembangunan. Bagi sebagian masyarakat yang hidup di pulau- pulau kecil di wilayah perbatasan (seperti Desa Tinakareng ini), akses terhadap informasi masih sangat terbatas dan hal ini jelas mempengaruhi pemahaman masyarakat. Sehingga untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu
pilihan, sangat bergantung kepada kemampuan individulrumah tangga dalam mengakses informasi, latar belakang budaya lokal, pendidikan dan kemampuan ekonomi.
Berdasarkan basil kajian sebagaimana telah dikemukakan, maka akses informasi merupakan salah satu aspek penting dalam proses pengambilan keputusan terkait dengan perilaku fertilitas. lnformasi tentangjenis-jenis kontrasepsi termasuk kelebihan dan kelemahannya, misalnya perlu diberikan pada penduduk, khususnya pasangan usia subur di daerah penelitian. Dengan demikian pengetahuan yang benar tentang alat kontrasepsi harus dimiliki oleh pasangan usia subur, sehingga proses pengambilan keputusan terkait dengan perilaku fertilitas, akan didasarkan oleh pertimbangan yang benar dan rasional. Untuk itu diperlukan upaya sosialisasi yang lebih aktif dari stakeholder yang relevan. Selain itu sosialisasi juga sebaiknya diberikan kepada pasangan suami-istri karena dalam proses pengambilan keputusan, suami berperan penting.
Sebagai penutup, kajian ini diharapkan dapat memperkaya ragam ulasan tentang model pengambilan keputusan khususnya yang terkait dengan perilaku fertilitas. Apabila sebelumnya lebih banyak kajian tentang fertilitas dari sudut pandang mikroekonomi (seperti tulisan teoritis dari Leibenstein (1957) dan Becker (1960) maka ulasan dalam tulisan ini juga menyinggung masalah sosial budaya untuk memahami perilaku fertilitas. Karena kenyataannya rasionalitas pasangan untuk memiliki anak juga didasarkan pada pertimbangan sosial budaya. Beberapa kasus menunjukkan bahwa ada kepentingan pasangan memiliki anak laki-laki untuk merawat bapaknya ketika memasuki usia Ianjut karena ada beberapa hal yang ditabukan apabila tugas tersebut dilakukan oleh anak perempuan. Fenomena seperti ini menarik untuk dikaji lebih Ianjut di daerah yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda karena kemungkinan hal ini juga mempengaruhi perilaku fertilitas mereka. Sehingga kemungkinan dapat dikembangkan model pengambilan keputusan tentang perilaku fertilitas dari perspektifyang berbeda.
No comments:
Post a Comment