Sunday 14 April 2019

Cognitive Dissonance Theory (Teori Disonansi Kognitif)- Leon Festinger

Chapter 16 from Em Griffin books

Cognitive Dissonance Theory (Leon Festinger)
Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosialyang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Alias teori ini bertujuan untuk mengurangi ketidaknyamanan.
Contoh teori ini ditemukan dalam kisah seekor serigala ingin mengambil anggur di pohon yang cukup tinggi. Serigala mengerahkan semua kemampuannya untuk mengambil anggur itu. Namun serigala tidak dapat mengambilnya. Karena serigala kecewa (tidak nyaman), maka dia pun berfikir “anggur itu asam. Kalau aku berhasil mengambilnya pun tidak akan aku makan”.

# Dissonance: discord between behavior and belief
            disonansi bertentangan dengan perilaku dan kepercayaan. Leon mengatakan teori ini tentang bagaimana mental seseorang menyatakan “temukan diri mereka lakukan sesuatu yang tidak match dengan apa yang mereka ketahui, atau membuat opini yang tidak match dengan opini opini yang lainnya. Biar ga stress mengahdapi kenyataan yang ada.

# Health conscious smokers: dealing with dissonance
            leon menggambarkan peristiwa merokok untuk menjelaskan tentang disonansi. Ada seorang penyanyi yang merilis lagu berjudul “smoke, smoke, smoke”. Si vokalis mengekspresikan keraguan tentang merokok akan mempengaruhi kesehatan. Tapi antusiasme merokok disampaikan oleh vokalis walaupun sebenarnya itu dapat berakibat fatal. 

# Reducing dissonance between actions and attitudes
·     Hipotesis 1: paparan selektif mencegah disonansi
Leon menyatakan bahwa manusia menjauhi informasi yang akan membuat/ meningkatkan ketidaknyamanan (disonansi). Contohnya, ketika kita sudah fix memilih A menjadi presiden, kita cenderung malas mendengar informasi tentang calon A yang buruk buruk. Karena itu akan membuat tidak nyaman. Lagian informasi tersebut belum tentu benar.

·     Hipotesis 2: disonansi pascakeputusan menciptakan kebutuhan untuk kepastian
Maksudnya, keraguan yang kuat dirasakan setelah seseorang mengambil keputusan penting. Karena semua itu akan susah dibalikkan. 
Ada 3 ketidaknyamanan pasca keputusan
-      Apabila itu lebih penting daripada isu
-      Semakin lama seseorang menunda dalam memilih antara 2 opsi yg menarik
-      Adanya kesulitan yang semakin besar jika kita ingin membalikkan keputusan yang sudah dibuat
Contohnya, orang yang telah menandatangani pembelian mobil baru. Harganya mahal, dan banyak model model lain yang menjadi lawan si mobil itu. Lalu, ia memberikan uang muka yang menandakan bahwa ia akan membelinya. Nah, hal ini tidak biasa bagi mereka yang kalo sebelum beli mobil, cek harga online store dulu buat ngebandingin. Nah pembeli itu mencari informasi yang akan mempengaruhi keputusannya ketika dibuat dan ketika tengah berada dalam sedikit keraguan. 
·     Hipotesis 3: justifikasi minimal untuk tindakan yang akan mempengaruhi perubahan sikap
Klaim bahwa cara terbaik untuk merangsang perubahan sikap pada orang lain adalah dengan menawarkan alternative yang cukup untuk memperoleh prilaku yang diinginkan. Justifikasi adalah pertimbangan, alasan. Agar mengurangi ketidaknyamanan, maka dalam segala tindakan butuh yang namanya alasan dan perimbangan. Contohnya, kita memberikan notice: merokok tidak baik. Maka justifikasinya adalah merokok menyebabkan kanker paru paru dan si A adalah korbannya. Maka perokok yang tadinya tidak nyaman terus menerus di notice kalo rokok itu berbahaya, mereka jadi percaya.
Compliance: pemenuhan. Yaitu kesamaan public untuk harapan yang orang yang lainnya tanpa harus memiliki keyakinan pribadi yang sama. Tidak menyebabkan ketidaknyamanan satu sama lain. Ketidaksamaan disebabkan karena, atitut yang berbeda, budaya, kepercayaan dll.

# tiga keadaan seni revisi: sebab- akibat dalam ketidaknyamanan.
            Model disonansi kognitif oleh leon
Attitude/behavior inconsistency-> dissonance cognitive-> attitude change-> dissonance reduced.
·     Self- consistency: the rationalizing animal
Konsistensi diri: rasionalisasi hewan. He noted that sometimes we find such inconsistencies curious or even amusing. Contohnya, Andrew menerima email berupa history parkir sesaat setelah ia lulus dan pindah ke negara lain. Ia berfikir: (1) dia tidak pernah parkir di kampus. (2) tapi tiket itu menunjukan bahwa ia pernah parkir. Itu yang dinamakan inconsistency logical. 
·     Personal responsibility for bad outcomes (newlook)
Menyatakan bahwa kita merasakan disonansi ketika kita merasaan bahwa kita melakukan kesalahan terhadap orang lain. 
·     Self affirmation to dissipate dissonance
Penegasan diri untuk menghilangkan disonansi. Berusaha menjadi nyaman dengan situasi yang sedang dijalani.

# Review jurnal sebagai contoh dari teori disonansi kognitif
judul    : DISONANSI KOGNITIF DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK
  MENJADI WANITA PEKERJA SEKS
            Penulis: Mega Sofiana
            Asal     : Universitas Brawijaya

·     Ringkasan Penelitian:
   Penelitian ini membahas tentang disonansi kognitif wanita dalam memutuskan menjadi pekerja seks perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami disonansi kognitif perempuan dalam pengambilan keputusan ketika akan mengambil profesi sebagai pekerja seks perempuan. 
   Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi karena penelitian ini menekankan fenomena komunikasi yang sedang berlangsung dalam kehidupan sosial, terutama dari manajemen konflik yang mendukung adanya komunikasi verbal dan nonverbal untuk meminimalkan keberadaan konflik domestik.
   Disonansi kognitif diciptakan seseorang agar situasi tidak nyaman yang ia jalani terasa nyaman. Membelakangi nilai yang seharusnya terhadap kenyataan. Bahkan menganggap kenyataan tersebut adalah hal yang akan menjadi terbaik. Dalam penelitian ini disebutkan, banyak perempuan yang menjadi pekerja seks perempuan mengalami disonansi tidak hanya dengan diri Anda tetapi juga terkait dengan keluarga dan masyarakat. Mereka tetap berpegang teguh pada keyakinan dan kehendak diri mereka masing masing walau masyarakat yang menilai pekerja seks buruk, tidak dapat menghalangi mereka. 
   Dalam kasus ini, Informan memiliki kesadaran bahwa pekerja femal menjadi pekerjaan yang mudah dengan hasil yang baik, dapat terus terlihat cantik, seksi dan menarik, mereka tidak setuju dengan pengetahuan bahwa pekerja seks perempuan banyak, salah, dan berbahaya bagi cara pekerja seks perempuan lainnya dalam yang untuk meredam disonansi itu secara alami adalah dengan mengubah perilaku dan kognisi lingkungan.


            

No comments:

Post a Comment

Uses and Gratifications (Teori Kegunaan dan Kepuasan)- Elihu Katz

Chapter 28 From Em Griffin Books Uses and Gratification (Elihu Katz) Teori ini menekankan titik berat terhadap penelitian yang dilakuka...