Saturday, 6 July 2019

Uses and Gratifications (Teori Kegunaan dan Kepuasan)- Elihu Katz

Chapter 28 From Em Griffin Books
Uses and Gratification (Elihu Katz)
Teori ini menekankan titik berat terhadap penelitian yang dilakukan terhadap pengguna menida/ pemirsa mengenai pemilihan pesan dan media. Dalam teori ini, masing masing pemirsa memilih media apa yang mereka akan gunakan dalam mendapatkan pesan. Uses and gratification termasuk dalam bagian efek media. Karena teori ini mengenai “efek media terhadap masyarakat” bukan “apa yang media lakukan terhadap masyarakat”.

# 4 Assumption to describe what effect that’s media brings to their audience
1.    Assumption 1: People Use Media For Their Own Particular Purposes
Yakni manusia menggunakan media dalam menerangkan maksud mereka. Maksudnya, dalam asumsi ini, audience dikatakan sebagai orang yang pasif. Orang pasif yang menerima berbagai informasi baru sehingga menambah pengetahuan bagi mereka. Misalnya, orang yang tidak mengetahui berita apapun hariini, ketika mendengar berita tentang peristiwa kebakaran, mereka langsung menunjukan sikap empati mereka. 

2.     Assumption 2: People Seek To Gratify Needs
Orang orang menggunakan media untuk mencari dan menemukan berbagai macam hal baru demi memenuhi kepuasan dan kebutuhan mereka. 

Gratification Sought                >     Gratification Obtained

Kedua hal tersebut menjelaskan bahwa ketika pengguna media semakin mencari tahu semakin banyak pula ia memperoleh informasi. Bahkan, semakin mereka disajikan informasi, mereka akan lebih mencari tahu mengenai informasi tersebut.

3.     Assumption 3: Media Compete For Our Attention and Time
Media bersaing untuk mendapatkan perhatian dan waktu dari para audience-nya. Semakin banyaknya konten menarik, inovatif, bahkan penemuan baru, itu akan membuat media lebih digemari oleh banyak orang. Bahkan terkadang para penyaji konten, selalu berusaha untuk menyajikan konten mereka secara out of the box. Misalnya, sekarang ini dikalangan anak anak sedang musim squishy. Lalu ada 1 channel youtube yang menampilkan squishy squishy yang dilindes dengan truk. Lalu ada pula selebriti Indonesia yang menyamar menjadi gelandangan demi meraih viewers dan subscriber youtube mereka. 

4.     Assumption 4: Media Affect Different People Differently
Mengenai efek dari suatu media terhadap audience-nya akan berbeda beda. Karena setiap individu memiliki selera dan kebutuhannya masing masing. Misalnya, dalam penyajian konten Z, mungkin si A suka namun si B tidak suka. Dan tiap indivisu memiliki asumsinya masing-masing.

5.     Assumption 5: People Can Accurately Report Their Media Use and Motivation
Dalam asumsi ini, efek dari media terkadang tidak jelas kegunaannya apa. Maka dari itu, hal ini bisa dijadikan cikal bakal penemuan teori baru atau motif orang melakukan sesuatu. Terkadang audience bingung mengapa mereka suka menyaksikan sebuah konten secara berkala? Apakah karena konten itu edukatif atau hanya sebatas hiburan.

# A Typology of Uses and Gratifications
Tipologi adalah pengklasifikasian yang dilakukan agar menemukan hal-hal yang lebih spesifik dibandingkan sebelumnya. Terdapat 8 aspek yaitu:
1.    Passing Time
Apakah media digunakan hanya sebagai “sambilan” dalam melakukan kegiatan lainnya. Jadi peran media baik berupa tv, radio, dll hanya sebagai peramai dalam keheningan. Media dalam hal ini tidak begitu dipentingkan. Hanya sesaat.
2.    Companionship
Media hanya dijadikan sebagai pemersatu para audiencenya. Misalnya, kegiatan nobar. Mereka sama sama menonton pertandingan bola, namun mereka lebih fokus terhadap “kumpul bareng” nya dibandingkan tontonannya. Terkadang mereka sembari bercakap-cakap satu sama lainnya.
3.    Escape
Media dijadikan sebagai hiburan, pelaran dari aktivitas rutin dan padat yang dijalani si audience. 
4.    Enjoyment
Media digunakan karena audience merasa enjoy to consume media. Penikmat tayangan 
Media.
5.    Social Interaction
Jika seseorang merasa kesepian, media digunakan sebagai penolong mereka dalam berinteraksi. Tidak secara langsung, namun dengan menonton adegan drama di media.
6.    Relaxation
Banyak manusia yang mengalami kesulitan untuk tidur. Media digunakan untuk membantu mereka tidur. Karena bagi mereka rasa kantuk akan muncul jika otak dan mata mereka sudah lelah.
7.    Information
Media digunakan dalam memperoleh berbagai informasi.
8.    Excitement
Menyukai konflik. Konflik dan kekerasan dinilai seru untuk disaksikan di media.

# Parasocial Relationships: Using Media To Have a Fantasy Friend

Terkadang, orang yang merasa kesepian, menggunakan media sebagai teman mereka. Contonya, nenek saya tinggal sendirian dirumah. Agar ia tidak merasa bosan karena tidak ada teman berbicara, maka ia selalu menyetel TV hingga 24 jam nonstop. Selain itu karena ia menonton acara TV bergenre drama, ia seringkali menyamakan wajah seseorang dengan tokoh yang ada dalam drama tersebut.

Sunday, 30 June 2019

The Rhetoric (Teori Retorika)- Aristotle

Chapter 22 From Em Griffin Books                   
The Rhetoric (Aristotle)
Retorika adalah cara berkomunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Aristotales mendefinisikan retorika sebagai seni penyampaian pidato. Dalam retorika, terdapat 3 unsur yaitu speaker (pembicara/ orang yang menyampaikan pesan), speech (pesan yang akan disampaikan) dan audience (orang yang mendengarkan dan menerima pesan).

#Rhetorical Proof: Logos, Pathos Ethos
1.    Logos
Yaitu segala hal yang disampaikan oleh speakers haruslah sesuai fakta, masuk akal, berurutan penyampaiannya dari mulai hal general ke hal yang lebih spesifik.
2.    Ethos
Yaitu speakers harus dapat meyakinkan audience. Ethos berkaitan dengan kepercayaan. Speakers haruslah memiliki kualitas yang baik, jujur, intelligence, kredibility, karakter yang baik, goodwill, trustworthy
3.    Pathos
Yaitu segala hal berkenaan dengan pembawaan di speakers. Lebih tepatnya emosi. Apakah speakers itu anger or calmness, friendliness or enmity, fear or confident, indignation or pity, admiration or envy.

# The Five Canons of Rhetoric
1.    Invention
Yaitu speakers berusaha menemukan sesuatu yag akan dia bahas. Biasanya sesuatu yang terbaru atau yang sedang booming agar isi retorika menarik bagi audience.
2.    Arrangement
Yaitu speaker’s speech berurutan atau tidak. Terkadang ada pembicara yang mengulang ulang kalimat.
3.    Style
Yaitu apakah style yang disajikan si speakers dapat dinikmati audience-nya ga? Apa gaya berbicara/ penampilannya agak jengah atau tidak.apakah biasa saja atau berbeda dari speakers lainnya?
4.    Delivery
Yaitu keadaan dimana pesan yang disampaikan speakers berbelit belit atau mudah alias lancer?
5.    Memory
Yaitu ingatan mengenai apa yang disampaikan si speakers
-      Speakers: nguasain materi ga?
-      Audience: inget videonya ga?


Sunday, 23 June 2019

Dramatism (Teori Drama)- Kenneth Burke

Chapter 23 From Em Griffin Books
Dramatism (Kenneth Burke)
Dramatism atau yang biasa disebut drama merupakan sebutan dari istilah “Human life is like dama” yaitu kehidupan manusia seperti drama. Drama tentang bagaimana mereka memerankan diri mereka di kehidupan mereka dan terhadap kehidupan orang lain. Setiap orang terkadang memerankan diri mereka sebagai hero, victims, or villain. Setiap perkataan manusia memiliki arti simbolik. Yakni apa yang manusia katakana memiliki makna tersendiri.
            Ada 3 istilah yang berkaitan dengan dramatism. Pertama, realm of motion yakni sesuatu yang bergerak mengikuti sebab/ efek tanpa maksud. Misalnya, seorang motivator yang menceritakan background dirinya saat fighting their life including their achievemet. That’s all about “to inspire” bukan buat menyombongkan diri. kedua, symbolic action yakni kata kata yang digunakan agar apa yang dia sampaikan akan dapat tersampaikan. Ketiga, dramatism.

#Language as The Genesis of Guilt
Bahasa sebagai cara untuk mengurangi keresahan ataupun rasa bersalah. Drama terbentuk karena keresahan pada diri sendiri mengenai sesuatu diluar sana. To critic something then, speak it up. Ada keharusan yang mucul dalam diri mereka untuk mengatakan sesuatu kepada orang lain. Misalnya, breauty vlogger muncul karena dizaman ini dimana mana perempuan sering dituntut untuk jadi canti. Akhirnya banyak beauty vlogger yang meberikan tips and trick makeup agar mereka terlihat cantik didepan banyak orang.
Guilt muncul ketika kita menemukan there is something wrong in this world. So, all we have to do is speak up. 

# The Guilt-Redemption Cycle: a universal motive for rhetoric
            Ada istilah scapegoat yakni sebutan bagi orang orang yang menyalahkan dirinya karena keresahan yang mereka alami. To identify their scapegoat  position, there are 4 points. first, “Devil-Term” that sum up all speaker sebagai orang yang bad, wrong, and evil. Second, “God-term” yakni speakers yang meposisikan dirinya sebagai malaikat dengan memberikan pencerahan, motivasi, dan all the good vibes. Third, “mortification” yakni sebutan bagi speakers yang mengklarifikasi suatu hal. Baik perbuatannya maupun perbuatan orang lain agar orang lain tidak salah paham. Juga bagi speakers yang memintamaaf kepada khalayak public mengenai keselahan dirinya. Fourth, “Victimage” yakni speakers yang menjelaskan bahwa ia merupakan korban dari suatu masalah. 

# Identification: without it, there is no persuasion
Mengidentifikasi diri khususnya bagi speakers adalah hal yang wajib. Karena speakers cenderung memberikan peruasi kepada orang lain. Agar persuasi nya didengar orang lain dan dihargai orang lain, speakers haruslah mengatakan apa yang sebenernarnya without lying. Misalnya, bagi vlogger yang ingin menjelaskna tips dan trik lolos sbmptn, ia sebaiknya merupakan orang yang lolos dalam seleksi sbmptn agar orang orang mudah terinspirasi dan mempercayai apa yang ia katakan.

# The Dramatistic Pentad: a lens for interpreting symbolic action
Yakni apa saja yang dapat digunakan untuk melihat upaya dari speakers dengan menggunakan 5 kunci drama: act, scene, agent, agency, and purpose.
a.     Act: tentang apa yang dilakukan
b.     Agent: siapa yang melakukan
c.     Agency: tentang tindakan apa yang akan dilakukan namun dibuat lebih menarik. To create something that have a different and interesting values. Misalnya, review makeup bold or makeup for grad
d.     Scene: tempat
e.     Purpose: tujuan dari tindakan yang akan dilakukan

# Ratio: the relative importance of each part of the pentad
 Mengenai apa yang paling menonjol dari pentad bagi speakers saat menyampaikan persuasi/ drama yang ia lakukan. 

# Contoh Keterkaitan Video Blog dengan Teori Dramatism

Judul Vlog                  : Boleh Gak Sih Suka Sama K-Pop? #NgobrolBarengWirda
Pemilik Akun              : Wirda Mansur
Tahun Pembuatan        : 2017
 Analisis                      :
Mendengar isu meninggalnya artis korea jong hyun yang merupakan member Shinee karena perbuatan bunuh diri yang ia lakukan. Tentu saja membuat banyak sekali fans K-Pop yang bersedih. Termasuk fans yang berada di Indonesia terkhusus bagi umat muslim. Wirda Mansur mula-mula menjelaskan dari sisi agama mengenai buruknya perbuatan bunuh diri dimata Allah SWT.  
1.     Language as the genesis of guilt
Dalam video ini, Wirda Mansur  muncul dengan video yang membahas mengenai boleh tidaknya menjadi fans k-pop karena saat itu sedang ramai ramainya artis korea yang meinggal lalu ditangisi oleh fangirl nya terutama fangirl muslim di Indonesia. Sehingga banyak orang yang bertanya mengenai boleh tidaknya. Akhirnya dalam vlognya, wirda menjelaskan kalau boleh saja suka namun jangan sampai berlebihan.
2.     The guilt-redemption cycle: a universal motive for rhetoric
Dalam vlog nya, wirda chose God-term for her scapegoat. Karena dalam video ini ia seperti malaikat yang menjelaskan pertanyaan tersebut dan dikaitkan dengan ajaran agama islam.
3.     Identification: without it, there is no persuasion
Wirda merupakan salah satu influencer yang banyak digandrungi masyarakat di Indonesia. Tidak hanya parasnya yang cantik, namun juga ia merupakan hafizah 30 Juz Al-Quran. Membuat semua orang terkagum kepadanya. Ditambah lagi, ia seringkali berceramah kepada khalayak remaja dengan menggunakan  bahasa yang santai, simple dan mudah diingat. Sehingga, ketika wirda membuat video mengenai pertanyaan “boleh tidak ngefans sama k-pop”, akan mempersuasi orang yang menontonnya bahwa suka tidak boleh berlebihan.
4.     The dramatistic pentad
a.     Act: menjawab isu tentang k-pop
b.     Agent: wirda Mansur sebagai agent/ orang yang do it.
c.     Agency: menjawab isu tentang boleh ga sih ngefans sama K-Pop
d.     Purpose: agar k-popers terutama muslim di Indonesia tidak berlebihan dalam menyukai idolanya. Khawatir perilaku buruk yang dilakukan idolanya dicontoh pada dirinya seperti tindakan bunuh diri  yang dilakukan artis korea
5.     Ratio: the relative importance of each part of the pentad

Yang paling menonjol dari pentad adalah purposenya. Wirda menjelaskan hukumnya, dan nasihat nasihat yang ia brikan kepada viewrs-nya, dsb.

Uses and Gratifications (Teori Kegunaan dan Kepuasan)- Elihu Katz

Chapter 28 From Em Griffin Books Uses and Gratification (Elihu Katz) Teori ini menekankan titik berat terhadap penelitian yang dilakuka...