Saturday, 30 March 2019

Uncertainty Reduction Theory (Teori Mengurangi Ketidakpastian)- Charles Berger


Chapter 9 from Em Griffin books

Uncertainty Reduction Theory (Charles Berger)
Chuck Berger believes it’s natural to have doubts about our ability to predict the outcome of initial encounters. Bahkan professor komunikasi menyatakan bahwa “the beginning of personal relationships are fraught with uncertaintics”. Teori ini berfokus pada bagaimana komunikasi manusia digunakan untuk gain knowledge dan membuat pengertian.
Misalnya, seorang murid baru masuk ke dalam kelas. Hal ini memicu ketidakpastian para murid lama. Nah, ketika murid baru memperkenalkan dirinya, barulah murid lama percaya bahwa ia adalah murid baru yang akan belajar bersama sma dengan mereka.
            Interpersonal ignorance is not bliss. Its frustrating! Berger contenda that our drive reduce uncertainty about new acquitances gets a boost from any of three prior conditions:
1.    Antisipasi pada interkasi kedepannya: kita tahu dan kita akan melihat itu lagi
2.    Keuntungan insentif: mereka memiliki apa yang kita mau
3.    Penyimpangan: mereka berlaku in a weird way

# Uncertainty Reduction: To Predict and explain
pertama, berkenaan dengan behavioral (keyakinan). Misalnya tiba tiba mucul pertanyaan pada diri sendiri “harus ga sih bersalaman? Siapa ya yang bakal bayar makanan ini. Dia atau aku? 
Kedua, berkenaan dengan pertanyaan kognitif. Yaitu “apa yang dirasakan adalah senang saat ia bekerja? Apa dia sedang marah, sedih, 
Jadi, mengurangi ketidakpastian berarti menerima informasi yang membuat kamu untuk menolak beberapa kemungkinan.

# An Axiomatic theory: certainty about uncertainty
Axiom adalah yang berarti dianggap berharga atau sesuai atau dianggap terbukti dengan sendirinya tanpa perlu bukti. Tiap Aksioma menggambarkan hubungan antara ketidakpastian (konsep teoretis sentral) dan satu konsep lainnya.
1.     Aksiom 1
Jika kedua orang asing bertemu dan mereka berbicara lebih banyak dengan satu sama lain, mereka akan menjadi lebih pasti mengenai satu sama lain. Selanjutnya, ketika mereka berusaha untuk mengenal satu sama lain dengan lebih baik, mereka akan berbicara lebih banyak satu sama lain.
2.     Aksiom 2
Ketika dua orang asing bertemu dan saling mengekspresikan diri dengan cara yang nonverbal yang hangat, mereka akan menjadi lebih pasti mengenai satu sama lain, dan ketika mereka melakukan ini, mereka akan meningkatkan afiliasi nonverbal satu dengan yang lainnya. Mereka mungkin akan lebih banyak menggunakan ekspresi wajah, melakukan kontak mata yang lebih lama, atau mungkin saling menyentuh dengan cara bersahabat ketika mereka sudah mulain nyaman.
3.     Aksiom 3
Tingkat ketidakpastian yang tinggi menyebabkan meningkatkan perilaku pencarian informasi. Ketika tingkat ketidakpastian menurun, perilaku pencarian informasi juga menurun. Aksioma ini menunjukkan hubungan yang positif antara dua konsep tersebut.
Makin sedikit ketidakpastian yang ada, maka makin sedikit pencarian informasi yang dilakukan, begitupun sebaliknya.
4.     Aksiom 4
Oleh karena ketidakpastian yang cukup tinggi antara dua orang asing yang mengobrol, maka mereka mulai dengan pembicaraan yang ringan dan tidak secara nyata membuka diri. Keintiman dari isi komunikasi mereka sangat rendah, maka ketidakpastian mereka akan sangat tinggi. Aksioma keempat ini menyatakan bahwa jika mereka terus mengurangi ketidakpastian maka derajat tingkat keintiman akan menjadi lebih tinggi. Berger (1979) menyatakan bahwa selama proses pembukaan diri ini, para partisipan harus menilai integritas dari keterbukaan itu.
5.     Aksiom 5
Selama dua orang asing atau lebih bertemu merasakan ketidakpastian mengenai satu sama lain, mereka akan cenderung untuk menerima perilaku masing-masing. Resiprositas (reciprocity) menyatakan bahwa jika seseorang memberikan sedikit detail personal, lainnya akan melakukan hal yang sama. Makin banyak orang berbicara satu sama lain dan mengembangkan hubungan mereka, makin mereka percaya bahwa resiprositas akan terjadi suatu titik tertentu.
6.     Aksiom 6
Kemiripan di antara orang akan mengurangi ketidakpastian, sementara ketidakmiripan akan meningkatkan ketidakpastian. Aksioma ini menyatakan sebuah hubungan yang negatif.
Ketika orang asing saling bertemu dan ternyata mereka satu tempat kerja, mereka mungkin mempunyai kesamaan yang mengurangi beberapa ketidakpastian mengenai satu sama lain secara cepat. Akan tetapi, ketidakmiripan yang mereka miliki akan memengaruhi tingkat ketidakpastian mereka.
7.     Aksiom 7
Ketika dua orang berusaha menghilangkan ketidakpastian, mereka akan meningkatkan kesukaan mereka satu dengan yang lainnya. Jika terus merasakan ketidakpastian yang tinggi kemungkinan mereka tidak saling menyukai.
8.     Aksiom 8
Ketika dua orang berbagi jaringan komunikasi, hal tersebut dapat mengurangi ketidakpastian satu sama lain. 

# Pesan ditujukan untuk mengatasi tanggapan yang tidak pasti
·      Seeking Information
a. Active Strategy: kebanyakan dari kita memiliki kepercayaan diri pada kemampuan kita untk menyaring bias dan mendapatkan informasi berharga
b.     Interactive Strategy: berbicara dengan bertatap muka, dan menanyakan pertanyaan spesifik 
·      Choosing Plan Complexity: karakteristik pesan yang akan disampaikan, berdasarkan tingkat kedetailannya dan jumlah yang akan digali dari penerimaan pesan itu.
·      Hedging: lindung nilai. Kemungkinan yang akan dilakukan oleh pemberi pesan ketika pesan yang mereka sampaikan gagal. 
·      The Hierarchy Hypotesis: prediksi ketika seseorang digagalkan dalam upayanya menyampaikan pesan. Mereka mengubah elemen pesan/ menguranginya.

# Mengurangi ketidakpastian yang berlangsug dalam sebuah hubungan: dapat dikatakan sebagai teori guncangan dalam hubungan
·      Relational Uncertainty
Keraguan tentang pikiran kita sendiri, pikiran orang lain, atau masa depan hubungan
·      Partner Inerference
Terjadi ketika penerima pesan menghalangi tujuan, rencana dan aktivitas
·      Relational Turbulence
Emosi negative yang timbul dalam suatu hubungan yang dekat. Seperti kemarahan, kesedihan, ketakutan.

# Keterkaitan Uncertainty Theory dengan Sebuah Film
Judul Film             : Driving Miss Daisy
Tahun Rilis            : 1989
Sutradara               : Bruce Beresford
Penulis Naskah     : Alfred Uhry
Pemain                  : Daisy (Jessica Tandy), Boolie (Dan Aykroyd), Hoke (Morgan
  Freeman)
~
Uncertainty reduction theory menjelaskan bagaimana sebuah ketidakpastian pasti terjadi ketika hendak berkomunikasi dengan orang lain. Dibuatnya teori ini yakni agar berkurangnya tingkat kedidakpastian yang dialami tiap individu saat berkomunikasi.
      Dalam film “Driving Miss Daisy” terdapat karakter Daisy yakni wanita tua yang keras kepala dan tidak ingn dianggap lemah. Ia melakukan segala hal dengan sendiri. Karena suaminya telah lama meninggal dan anaknya tinggal bersama istrinya di kota lain. 
      Berawal ketika Daisy mengalami kecelakaan. Seketika Boolie (anaknya) mempekerjakan supir untuk mengantar Daisy kemanapun. Namun, Daisy bukanlah wanita tua yang ramah. Ia seringkali bersikap acuh terhadap supirnya yaitu Hoke. Jika dikaitkan dengan kegunaan uncertainty reduction theory, pada awal perkenalan Hoke dan Daisy, Hoke memprediksi dan memperkirakan (Behavioral) tentang bagaimana ia harus bersikap terhadap wanita tua seperti Daisy. Dan apa yang akan Daisy lakukan ketika akan berkenalan dengan Hoke. 
      Aksiom berarti dianggap berharga atau sesuai atau dianggap terbukti dengan sendirinya tanpa perlu bukti. Aksiom 1 menjelaskan bahwa ketika 2 orang asing saling bertemu, maka lama-lama akan mengenal satu sama lain dengan berbicara lebih banyak. Ini dialami tokoh ketika sama-sama berada di sebuah mobil. Mau tidak mau Hoke berusaha untuk mengajak Daisy berbicara. Aksiom 2 berkenaan dengan kedua orang memperlihatkan gerakan nonverbalnya. Terlihat jelas bahwa Daisy memasang muka tidak ramah pada awal mula bertemu dengan Hoke. Aksiom 3 berkenaan dengan semakin banyak ketidakpastian, maka semakin banyak orang itu ingin mencari informasi. Nah, ini terjadi ketika Hoke penasaran mengapa Daisy sangat tidak menyukai kehadiran dirinya. Ia pun mencaritahu. Aksiom 4 menjelaskan bahwa ketika tingkat ketidakpastian menurun, maka keintiman akan meningkat. Ya, ketika Daisy mencoba untuk menerima kehadiran Hoke yang selalu bersikap ramah terhadapnya, Daisy juga memulai pembicaraan mengenai dirinya. Aksiom 5 mengenai penerimaan prilaku masing-masing individu. Hoke menerima perilaku dan sikap Daisy, Daisy pun menerima prilaku Hoke yang bertugas mengantarnya kemanapun. Aksiom 6 mengenai kemiripan tokoh yag jika semakin bayak kemiripan, semakin rendah tingkat ketidakpastiannya. Ini dialami ketika mereka saling bercerita satu sama lain, pergi berdua, tertawa, dll. Aksiom 7 tentang meningkatkan kesukaan mereka. Daisy dan Hoke yang lama-kelamaan akrab akhirnya terjalinlah persahabatan diantara keduanya. Walaupun Daisy seorang yahudi dan Hoke seorang ras kulit hitam, Daisy tidak peduli tentang perbedaan itu. Aksiom 8 tentang sharing each other. Terlihat ketika Hoke mengantar Daisy beribadah, berkenalan dengan orang orang yahudi yang merupakan teman Daisy. 

Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial)- Irwin Altman & Dalmas Taylor

Chapter 8 from Em Griffin books                                                                                                                  Penetration Theory (Irwin Altman & Dalmas Taylor)
Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang hubungan interpersonal mengenai pembangunan hubungan. Teori ini menerangkan tentang awal mula dari terjalinnya suatu hubungan kemudian menngkat ke tahapan yang lebh mendalam, lalu pada tingkat pribadi. Artinya, teori ini menunjukan perkembangan hubungan dari saling mengenal, lalu menangkap informasi.
            Altman dan taylor mengibaratkan teori ini seperti bawang. Ketika kita mengupas bagian luar, maka ada bagian lainnya di dalam yg belum kita kupas.
1.    Tahap Pertama( lapisan pertama/ terluar  kulit bawang)
Lapisan ini adalah tentang apa yang terlihat didepan public, yang biasa diperlihatkan. Misalnya, mengenai nama, alamat, umur, suku, dan lain lain. Tahapan ini disebut sebagai tahap orientasi.
2.    Tahap Kedua (lapisan kulit bawang kedua)
Tahap ini merupakan tahap awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam. Misalnya, menyanyakan kesenangan masing masing”, lagu, hobi, dsb. tahap ini disebut tahap pertukaran afektif eksploratif.
3.    Tahap Ketiga (lapisan kulit bawang ketiga)
Informasi yang disampaikan bersifat pribadi misalnya curhat. Menceritakan pengalaman masing masing, menceritakan problem pribadi. Tahap ini disebut tahap pertukaran afektif.
4.    Tahap Keempat (lapisan kulit bawang keempat)
Tahap ini adalah tahap yang paling intim dan satu sama lain telah dapat memprediksi kepribadian masing-masing. Tahap ini disebut tahap pertukaran yang stabil.

# dalam perspektif teori ini, altman dan taylor menjelaskan tentang the depth and breadth of
   self-disclosure.
The depth of penetration is the degree of intimacy.
·     Pertama Kita lebih sering dan lebih cepat akrab dalam hal pertukaran pada lapisan terluar dari diri kita.
Kita lebih mudah membicarakan atau ngobrol tentang hal-hal yang kurang penting dalam diri kita atau hal-hal general kepada orang lain, daripada membicarakan tentang hal-hal yang lebih bersifat pribadi dan personal. Semakin kita berupaya melakukan penetrasi, lapisan kepribadian yang kita hadapi juga semakin sulit untuk ditembus. Semakin mencoba akrab ke dalam wilayah yang lebih pribadi, maka akan semakin sulit pula.
·     Kedua keterbukaan-diri (self disclosure) bersifat resiprokal (timbal-balik).
 Terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini, pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk membuka diri, dan keterbukaan ini bersifat timbal balik. Akan tetapi semakin dalam atau semakin masuk ke dalam wilayah yang pribadi, biasanya keterbukaan tersebut semakin berjalan lambat, tidak secepat pada tahap awal hubungan mereka. Dan juga semakin tidak bersifat timbal balik.
·     Ketiga, penetrasi akan cepat di awal akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam lapisan yang makin dalam.
Keakraban itu semuanya membutuhkan suatu proses yang panjang. Dan biasanya banyak hubungan interpersonal yang mudah runtuh sebelum mencapai tahapan yang stabil. Pada dasarnya ada banyak faktor yang menyebabkan kestabilan suatu hubungan tersebut mudah runtuh. Akan tetapi jika ternyata mampu untuk melewati tahapan ini, biasanya hubungan tersebut akan lebih stabil, lebih bermakna, dan lebih bertahan lama.
·     Keempat, depenetrasi adalah proses yang bertahap dengan semakin memudar.
Maksudnya adalah ketika suatu hubungan tidak berjalan lancar, maka keduanya akan berusaha semakin menjauh. Namun proses ini bersifat bertahap tidak langsung menjauh. Alias memudar perlahan lahan. L

# depth without breadth
Tidak semua orang akan terbuka pada segala aspek kehidupannya. Pasti hanya salah 1 nya. Misalnya orang yang terbuka tetang kisah cinta nya, tidak terbuka cerita hidupnya tentang keluarga, dirinya, teman dan lain lain.
# breadth without depth
Luas tapi tidak mendalam. Sebatas say hello, apa kabar, abis dari mana, dll. Tidak merujuk pada cerita pribadi.
# reward-costs analysis
Hubungan kedekatan juga dipengaruhi oleh prinsip untung rugi. Setelah berkenalan dengan seseorang, kita berfikir untung dan ruginya kalo berteman dengan dia.

Sunday, 24 March 2019

Coordinated Management of Meaning ( Manajemen Kordinasi Makna)- W. Barnett & Vernon Cronen

Chapter 6 from Em Griffin Books

Coordinated Management of Meaning (W. Barnett Pearce & Vernon Cronen)
Transmission model of communication despicts a  source that sends a message through a channel to one or more receivers.
                                       Source-> Message-> Channel-> Receiver
Dengan begitu teori ini praktis membut kehidupan menjadi lebih baik. Agar kita dapat bertindak efektif dalam situasi komunikasi. Teori ini banyak digunakan dalam proses mediasi, diskusi keluarga, proyek yang dijalani masyrakat dsb. Teori ini percaya bahwa komunikasi merupakan kekuatan konstitutif yang membentuk keseluruhan ide, hubungan dan lingkungan sosial. 
1.     First Claim: Our Communication Creates Our Social Worlds
Kim pearce berkta bahwa komunikasi tidak selalu menjadi alat untuk bertukar fikiran dan ide, namun dapat membuat konstruksi diri, hubunga, organisasi, komunitas, budaya, dan lain lain. Artinya, membentuk diri mereka dengan dunia mereka.
2.    Second Claim: The Stories We Tell Differ From The Stories We Live
Cerita yang ingin kita utarakan berbeda dengan cerita sesungguhnya. Itulah yang diutarakan pearce dan cronen. Ia memandang bahwa cara berbicara lebih penting daripada isi pembicaraan. So, meeka membaginya menjadi 2 sisi. Storied told dan stories lived. 
·     Stories Told (Making and Managing Meaning): we tell or hear are never as simple as they seem. Seperti contoh pada buku, seseorang yang menerima surat dari Bea yang merupakan tunangannya berkata apa yg ada dalam hatinya. Namun si penerima tidak mengetahuinya. 
·     Stories Lived (Coordinating Our Patterns of Interaction): concerned with patterns of communication we create with others. And its called serprentine models. Serprentine models dapat menganalisis percakapan apapun dan map out its history.
3.    Third Claim: We Get What We Make
Kim pearce mengatakan bahwa sejak smm mengkalim kalau kita membuat social worlds through our patterns of communication, it follows that we get what we make. Diutarakannya dalam kalimat” jika pola interaksi kamu mengandung tuduhan dan menyebabkan kemarahan, kamu akan memiliki defensive relationship. Jika polanya mengandung pertanyaan asli dan penasaran, kamu akan memiliki kesempatan baik untuk membuat hubungan kamu lebih terbuka”.
4.     Fourth Claim: Get The Pattern Right, Create Better Social Worlds
Untuk membuat dunia sosial lebih baik, maka haruslah membuat pola yang benar. Untuk itu, diperlukn komuniktor yang mindful. Artinya ia seseorang yang hadir dan sadar tentang apa yang orang lain perbuat di tengah pembicaraan. Its paying less attention tentang apa yang mereka bicarakan dan fokus terhadap apa yang mereka lakukan dan apa yang mereka perbuat. Mereka selalu berusaha untuk membuat situasi terasa sangat baik. 

# Ethical Reflection: Martin Buber’s Dialogue Ethics
buber is a german jewish philosopher. Buber constrasted 2 tipe hubungan. I-it dan i-Thou. I-it relationshps kita memperlakukan orang lain adalah seseorang yang berguna dan sebagai objek manipulasi. I-Thou relationship kita regard our partnersebagai seseorang yang “as very one we are”. Kita memperlakukannya sebagai valued ketimbang makna to our own end.

# Critique: Highly Practical as it Moves From Confusion to Clarity
6 criteria by mead of symbolic interactionism
·     New understanding people
·     Clarification of values
·     Community of agreement
·     Reform of society
·     Qualitative research
·     Aesthetic appeal

# Contoh jurnal teori manajemen kordinasi makna

Judul
Studi Konstruksi Makna Hubungan Antarumat Beragama Dengan Pendekatan Model
(Coordinated Management of Meaning-CMM)

Abstrak
Penelitian ini berangkat dari studi Coordinated Management of Meaning (CMM) dalam mengkonstruksi makna hubungan antarumat beragama perspektif Kiai Sholeh. Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretatif- konstruktivis. Metodologi yang digunakan kualitatif deskriptif dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Metode dalam pengumpulan data yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan teori Coordinated Management of Meaning (CMM) dalam konteks hubungan antarumat beragama. Makna hubungan antarumat beragama perspektif Kiai Sholeh adalah Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda agar mereka bisa saling belajar, bergaul, dan membantu antara satu dan lainnya dan mengakui perbedaan-perbedaan itu sebagai sebuah realitas. Kiai Sholeh mewujudkan konsep hubungan antarumat beragama dengan formasi dialog. Interpretasi dari dialog adalah interaksi Kiai Sholeh dengan non muslim seperti doa bersama, silaturrahmi keagamaan, pentas seni, live in, kerja sama bidang pendidikan, peleburan budaya antarumat beragama, dan aksi sosial pemuda bangsa. Hubungan yang sudah dijalankan oleh Kiai Sholeh dengan non muslim sebatas hubungan dhohir dan duniawi bukan hubungan ukhrowi. Kiai Sholeh menerapkan konsep hubungan antarumat beragama dipengaruhi oleh ayahnya sendiri Kiai Bahruddin dan gurunya Kiai Munawir serta pemahaman Kiai Sholeh terhadap piagam madinah. Pola budaya yang telah diterapkan oleh Kiai Sholeh dalam hubungan antarumat beragama adalah konsep tasawuf dan thoriqoh.
Kata kunci: CMM, Konstruksi Makna, Hubungan Antarumat Beragama 

Kesimpulan
Dari tabel tersebut dapat dipahami bahwa makna Hubungan antarumat beragama perspektif Kiai Sholeh adalah Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda agar mereka bisa saling belajar, bergaul, dan membantu antara satu dan lainnya dan mengakui perbedaan-perbedaan itu sebagai sebuah realitas. Kiai Sholeh mewujudkan konsep hubungan antarumat beragama dengan formasi dialog yang sudah diselenggarakannya dengan mengadakan seminar nasional kerukunan antarumat beragama. Interpretasi dari seminar nasional adalah interaksi Kiai Sholeh dengan non muslim seperti doa bersama, silaturrahmi keagamaan, pentas seni, live in, kerja sama bidang pendidikan, peleburan budaya antarumat beragama, dan aksi sosial pemuda bangsa. 
Hubungan yang sudah dijalankan oleh Kiai Sholeh dengan non muslim sebatas hubungan dhohir dan duniawi bukan hubungan ukhrowi. Kiai Sholeh menerapkan konsep hubungan antarumat beragama dipengaruhi oleh ayahnya sendiri Kiai Bahruddin dan gurunya Kiai Munawir serta pemahaman Kiai Sholeh terhadap piagam madinah. Pola budaya yang telah diterapkan oleh Kiai Sholeh dalam hubungan antarumat beragama adalah konteks tasawuf dan thoriqohyang sudah diamalkan oleh beliau melalui jalan sufi dan 3 thoriqoh yaitunaqsyabandiyah, qodiriyah, dan syadiliyah. Pola budaya dalam konteks tasawuf dan thoriqoh merupakan tujuan akhir dari semua tindakan yang telah dilakukan oleh Kiai Sholeh selama ini. Konteks tersebut merupakan konsep akhlak yang didalamnya terkandung nilai-nilai kebaikan untuk diterapkan oleh Kiai Sholeh untuk berhubungan baik kepada sesama muslim maupun berhubungan kepada nonmuslim. 


Uses and Gratifications (Teori Kegunaan dan Kepuasan)- Elihu Katz

Chapter 28 From Em Griffin Books Uses and Gratification (Elihu Katz) Teori ini menekankan titik berat terhadap penelitian yang dilakuka...