Sunday 17 March 2019

Seven Tradition of Communication Theory

Mapping the Territory
(Seven Traditions in the Field of Communication Theory)
by Using One of Research Journal for Example in Every Theory

1.    The Socio-Psychological Tradition
Tradisi ini menitikberatkan pada hubungan sebab akibatbagaimana perilaku komunikasi itu. Berhasil atau tidak?. Juga berkenaan dengan perilaku, sifat, kepribadian dan pengaruh. Penilaian juga berdasarkan ada-tidaknya perubahan yang terjadi pada perilaku komunikasi. 
Misalnya, saat konsultasi mengenai pilihan perguruan tinggi negeri ke guru bimbingan dan konseling, mereka pastinya memberikan saran terbaik agar kita tidak terpengaruh dengan nafsu ingin mendapatkan ptn yang tinggi passing gradenya. Namun dilain sisi guru bk menyarankan kita dengan memprediksi nilai rapot terhadap peluang masuk ke salah satu pilihan ptn. Ketika guru bk meredam nafsu siswanya disertai saran saran terbaiknya, lama lama siswa tersebut mengikuti saran guru sehingga ia memilih ptn yang sesuai dengan nilai rapot yang diperolehnya untuk diterima di salah satu ptn.
·     Contoh jurnal terkait tradisi sosiopsikologi

-      Judul
ASPEK SOSIO-PSIKOLOGIS LANSIA DI INDONESIA 

-      Abstrak
Masa lanjut usia (lansia) adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia. Dikatakan sebagai perkembangan terakhir oleh karena ada sebagian anggapan bahwa perkembangan manusia berakhir setelah manusia menjadi dewasa. Menurut saya manusia tidak pernah berhenti berkem- bang sampai ia mati. Boleh saja perkembangan fisik berhenti sampai masa remaja, tetapi perkem- bangan psikologis, sosial, dan spiritual tidak akan pernah berhenti. Manusia seWu belajar dari pengalamannya sejak lahir sampai mendekati akhir hayatnya. Ia akan seWu belajar dan berubah untuk menyesuaikan diri dengan segala hal yang dihadapinya. Ia akan bersedia mengganti pOll tingkah laku yang kurang sesuai dengan pola tingkah laku yang lebih sesuai dengan tuntutan ken- yataan dan lingkuligan. Hanya kadang-kadang agak sulit bagi manusia lansia untuk bersedia 

-      Kesimpulan
Masa lansia merupakan masa yang sukar ditentukan batasannya meskipun dapat diIcatabm bahwa umur 65 tabun ke atas merupakan masa tersebul Perkembangan terakhir manusia ini ditan- dai olen berhasil tidalmya togas perkembangan sebelumnya. Apabila tugas- togas tersebut dapa1 dipenuhinya dengan baik, maka dapat diharapkan bahwa di masa lansia individu dapat selalu melakukan penyesuaian terlladap apa yang dihadapinya. 
Saat ini dan saat menjelang tabun 2000 diperkirakan bahwa manusia lansia Indonesia tetap mempunyai kedudukan yang terllormat terutama pada golongan menengah dan alas. Panti wreda diperltirakan tetap untuk golongan bawah dan tidak mampu. Apabila di masa lansia individu dapat tetap aktlf, dapat diharapkan bahwa mereka akan lebih bahagia. 
Untuk menghadapi Iansia dibutuhkan persiapan yang baik. Kesehatan jasmani dan mental ,merupakan syarat yang sangat dominan untuk menentukan kesejahteraan di masa Iansia. Bagi mereka yang tidak mempunyai kesehatan jasmani yang baik dan mungkin mengalami penyakit ter- minal, nampaknya hospis dapat digunakan sebagai alternatif perawatannya. Hospis dapat dikembangkan untuk tempat persiapan kematian baik untuk pasien maupun anggota keluarganya. SeIain itu akhlr-akhir ini posyandu untuk lansia juga telah diselenggarakan. Sebaiknya posyandu Iansia dapat dikembangkan di daerah-daerah lain meniru percontohan di Yogyakarta 

2.    The Cybernetic Tradition
Memandang komunikasi sebagai suatu system yang elemennya saling berinteraksi. Dibutuhkan feedback/ tanggapan dari orang lain.
            Misalnya, saat rapat persetujuan, ketua membicarakan kebijakan A, peserta rapat diperkenankan memberikan tanggapannya. Dapat berupa +/- dari kebijakan A tersebut.
·     Contoh jurnal terkait tradisi Sibernetika
-      Judul
IMPLIKASI TEORI BELAJAR SIBERNETIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PENERAPAN IT DI ERA MODERN
-      Abstrak
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Pembelajaran di sekolah semakin berkembang, dari pengajaran yang bersifat tradisional sampai pembelajaran dengan sistem modern. Sehingga dalam pembelajaran muncullah pengembangan teori pemrosesan informasi yang disebut dengan teori sibernatik yang mana teori ini mempelajari kegiatan belajar dengan menggunakan teknologi informasi sesuai dengan perkembangan IT diera modern. Dalam hal ini, ditemukannya implikasi dengan adanya penerapan teori sibernetik. Maka dari itu dibuatlah metode pembelajaran dengan menggunakan monitor yang terhubung langsung dengan seorang pendidik (guru). 

-      Kesimpulan
            Dari pembahasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa teori belajar sebernetik merupakan teori belajar yang paling baru dalam belajar yang mengutamakan sistem informasi. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi adalah pengolahan informasi. Dengan informasi inilah diharapkan model pembelajaran lebih efisien dibandingkan model pembelajaran yang lainnya. Karena cara yang paling efisien adalah informasi. Menurut teoribelajar sibernetik, belajar adalah pengelohaan informasi. Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Teori belajar sibernetik sangat sesuai sangat sesuai dengan kemajuan teknologi informasi dan tentunya sangat cocok dengan tuntutan masyarakat global akan pendidikan yang berkualitas berbasis dengan teknologi informasi seperti dengan menggunakan monitor langsung (videocall)atau dengan menggunakan aplikasi skype, quipper video, webcam, dan lainnya

3.    The Rhetorical Tradition
Seni membangun argumentasi berbicara dapat berupa gesture tubuh saat berbicara, tinggi rendah nada. Berkenaan dengan bagaimana seseorang berbicara. Keistimewaan dari tradisi retorika adalah, kita dapat membedakan antara berbicara dengan manusia dan binatang. Berbicara dengan manusia pastinya ada tanggapannya. 
Misalnya, saat memberikan pidato persuasive, pastilah kita berupaya untuk meyakinkan orang lain.
·     Contoh jurnal terkait tradisi Retorika

-      Judul
ANALISIS RETORIKA DALAM KAMPANYE PEMILUKADA DKI JAKARTA 2012
-      Abstrak
            Penelitian ini berjudul Analisis Retorika dalam Debat Kampanye Pemilukada DKI Jakarta 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis retorika yang digunakan kandidat calon Gubernur “Jokowi-Ahok” pada video rekaman debat kampanye pemilukada DKI Jakarta 2012. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menggunakan teori yang dianggap relevan yaitu teori public speaking dan kampanye politik. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang menjelaskan fenomena atau gejala dari suatu objek yang bersifat tunggal atau parsial. Objek dalam penelitian ini adalah video debat Kampanye Pemilukada DKI Jakarta 2012 yang diselenggarakan oleh stasiun televisi swasta. Adapun televisi swasta yang menyelenggarakan acara debat tersebut adalah stasiun Metro TV, Jak TV, dan tv One. Pengambilan data maupun informasi berdasarkan sumber bacaan dan internet. Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menyimpulkan bahwa Jokowi dan Ahok pada debat kampanye pemilukada DKI Jakarta 2012 ini, mereka memahami dan menerapkan elemen-elemen penting dalam membangun keberhasilan sebuah retorika. Dari penelitian yang didapat, Jokowi dan Ahok berhasil menerapkan aplikasi dari teori ilmu retorika yang berpendapat bahwa ada tiga jenis pendekatan untuk keberhasilan dalam mempersuasi audiens yakni logos, pathos, dan ethos. 

-      Kesimpulan
            Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah bahwa Jokowi dan Ahok pada debat kampanye pemilukada DKI Jakarta 2012 ini, mereka memahami dan menerapkan elemen-elemen penting dalam membangun keberhasilan sebuah retorika. Dari penelitian yang didapat, Jokowi dan Ahok berhasil menerapkan aplikasi dari teori ilmu retorika yang berpendapat bahwa ada tiga jenis pendekatan untuk keberhasilan dalam mempersuasi audiens yakni logos, pathos, dan ethos. Jokowi dalam menyampaikan pesannya, ekspresi wajahnya terlihat datar namun jawabannya pasti dan tidak menimbulkan kebingungan pada audiens. Sedangkan Ahok memiliki gaya tersendiri yaitu lugas, tegas, dan berwibawa sehingga membuat audiens semakin bersemangat dalam mendengarkan penajaman visi dan misi mereka. Verbal agresif yang ditunjukkan Ahok juga dapat menambah semangat audiens ataupun penonton untuk memilih kedua pasangan ini sebagai gubernur dan wakil gubernur. 

4.    The Semiotic Tradition
Komunikasi adalah proses pemberian makna melalui tanda. Tanda yang dimaksud dapat menyimbolkan objek, ide dan situasi. 
Misalnya, Nurul pergi ke Jepang. Ia ingin menanyakan sebuah alamat. Ia berbicara kepada orang jepang dengan menggunakan bahasa Inggris. Namun orang jepang itu tidak mengerti. Akhirnya nurul mengerakan tangannya membentuk atap rumah yang berarti ia sedang menanyakan letak alamat rumah yang ia tuju.
·     Contoh jurnal terkait tradisi Semiotik
-      Judul
ANALISIS SEMIOTIKA PADA FILM SENYAP KARYA JOSHUA OPPENHEIMER 
-      Abstrak
Film Senyap merupakan sebuah film dokumenter. Film ini mendapat banyak penolakan dari berbagai ormas dan aparat yang menganggap film ini memiliki unsur komunis namun dipihak lain yakni Komnas HAM dan masyarakat minoritas melihat bahwa film senyap membuka fakta sejarah baru yang selama ini tertutup dan juga berupaya untuk membangun kesadaran rekonsiliasi. Dari pro-kontra ini kita bisa melihat bahwa film senyap mengundang banyak intepretasi. 
Dalam konteks penelitian ini, film merupakan sebuah teks yang penuh makna dan multi tafsir yang tersusun dari tanda-tanda ikonis, indeks dan simbol yang sarat akan makna. Ini sesuai dengan gagasan Peirce yang membagi tanda menjadi tiga kategori yakni ikon, indeks dan simbol dalam menciptakan makna. Oleh karea itu penulis merumuskan masalah sebagai berikut : bagaimana konstruksi makna dalam film senyap dihubungkan dengan analisis semiotika. 
Untuk menjawab penelitian tersebut, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotika Peirce. Objek penelitian yakni rekaman video film senyap dan unit analisisnya potongan-potongan gambar dalam film yang diyakni melahirkan perdebatan atau pro-kontra. 
Berdasarkan hasil intepretasi dengan menggunakan pendekatan semotika Peirce. ikon, indeks dan simbol dalam film senyap menceritakan tentang begaimana kekerasan yang dilakukan oleh para pelaku pembunuhan anggota PKI dan sikap heroik pelaku terhadap pembunuhan yang dilakukan. Oleh karena itu, dari analisis semiotika tersebut bisa disimpulkan bahwa tidak terdapat keterkaitan antara film senyap dengan komunisme. Film ini secara keseluruhan merupakan pengungkapan sejarah kekerasan yang dialami oleh anggota PKI 
-      Kesimpulan
            Dari berbagai tanda yang digunakan dalam film Senyap ini muali dari Ikon, Indeks dan Simbol baik berupa tanda verbal dan non verbal merupakan seluruh rangkaian tanda yang memberikan sebuah gambaran tentang kekerasan dan penyiksaan yang dialami anggota PKI di Deli, Serdang, Sumatera Utara oleh warga dan militer. Kekerasan disini bukan hanya kekerasan fisik namun juga kekerasan simbolik. Juga di sisi lain mengisahkan kesedihan yang dialami keluarga korban yakni keluarga Adi Rukun tentang kakaknya yang dibunuh dengan cara yang sadis. Terkait dengan tuduhan adanya nilai-nilai komunisme di film senyap. Sangat naif jika film ini disangkut-pautkan dengan ideologi komunisme karena film ini tidak bercerita tentang gagasan-gagasan Marx tetapi film ini murni merupakan sebuah pengungkapan sejarah tentang pelanggaran HAM yang dilakukan oleh negara terhadap anggota PKI. Pembuatan film senyap semata-mata dilakukan untuk tujuan kemanusiaan. 

5.    The Socio-Cultural Tradition
Komunikasi sebagai ciptaan dan pembuatan realitas sosial. Realitas sosial dapat berasal dari kelompok sosial, organisasi, budaya,. Realitas lebih kepada kenyataan yang kita ketahui sejak lama dan memang terjadi secara real.
Misalnya, Orang sunda yang notabene jika berbicara mengunakan logat yang halus, menganggap orang batak kasar karena mereka menggunakan logat berbicara yang saklek.
·     Contoh jurnal terkait tradisi Sosiokultural

-      Judul
INTERNALISASI NILAI-NILAI SOSIO-KULTURAL BERBASIS ETNO-RELIGI DI MAN YOGYAKARTA III 

-      Abstrak
            Fenomena munculnya berbagai bentuk kekerasan atas nama agama, etnik, dan budaya menunjukkan manusia telah gagal memahami heterogenitas, deversitas, dan pluralitas yang menjadi ciri utama lembaga pendidikan Islam, termasuk madrasah. Merespon fenomena tersebut, MAN Yogyakarta III (Mayoga) meyakini akan melahirkan pendidikan yang humanis dan inklusif. Penelitian dengan pendekatan fenomenologi dengan metode deskriptif kualitatif ini memfokuskan pada best practice yang dilakukan oleh Mayoga, model pendidikan yang humanis dan iklusif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa nilai-nilai keragaman di Mayoga diinternalisasi melalui pembelajaran dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama, budaya, dan keragaman. Integrasi tersebut melahirkan nilai-nilai sosio-kultural, seperti menghargai perbedaan mazhab dalam praktik ibadah, asimilasi antarbudaya dan bahasa daerah, toleransi dan hak asasi manusia, serta koherensi sosial antarwarga sekolah. Dengan demikian, nilai-nilai sosial yang tumbuh di Mayoga dapat merawat nilai-nilai kohesi sosial antarwarga madrasah. 

-      Kesimpulan

Internalisasi nilai-nilai sosio-kultural di Mayoga diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran, baik kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Dalam kegiatan intra, nilai- nilai sosio-kultural digunakan sebagai pendekatan oleh guru dengan mengimplementasikan sistem pembelajaran integratif-akomodatif. Sedangkan dalam kegiatan ekstra, nilai-nilai tersebut disisipkan dalam bentuk kesenian-kesenian, seperti kesenian Islam dan Jawa. Selanjutnya, nilai-nilai keragaman tersebut berimplikasi menciptakan dialog harmoni antarwarga madrasah (siswa, guru, staf) yang melahirkan nilai-nilai toleransi dan budaya, seperti menghargai perbedaan maẓhabdalam praktik ibadah, asimilasi antarbudaya dan bahasa daerah, toleransi dan hak asasi manusia, serta koherensi antarwarga madrasah. Hasil penelitian juga menyimpulkan terjadi pergeseran paradigma pengembangan madrasah dari orientasi eskatologi (escatology oriented) menuju teologi sosial-multikultural yang menyentuh dimensi spiritual, teologi, profesional, dan sosial. 
Inseminasi nilai-nilai sosio-kultural di Mayoga juga melahirkan dialog harmoni kerukunan antarwarga madrasah yang kemudian menciptakan iklim pendidikan yang kondusif di dalam madrasah yang terdiri dari siswa multietnik. Namun di sisi lain, siswa Mayoga yang notabenenya hanya terdiri dari siswa yang beragama 
Islam (monoreligi), menyebabkan pola interaksi sosial tersebut hanya terbatas pada lingkup interaksi intrareligi agama Islam saja. Terlepas dari kekurangan tersebut, hasil penelitian ini dapat dijadikan blue print madrasah-madrasah lain untuk mengimplementasikan pendidikan multy-approach yang tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan akademik siswa, tetapi juga untuk pengembangan aspek soft skill, hard skill, dan aspek moral sosial siswa yang berorientasi religius-multikultural. 

6.    The Critical Tradition
Komunikasi sebagai tantangan dari ketidakadilan bercakap/ berbicara. Mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya mengungkap struktur-struktur yang sering kali tersembunyi. Artinya, komunikasi dijadikan alat untuk menyampaikan kritisi dengan berpendapat, menentang pendapat orang lain yang kiranya tidak sesuai bahkan merugikan diri kita.
·     Contoh jurnal terkait tradisi Kritik

-      Judul
TEORI KRITIS JURGEN HABERMAS: ASUMSI ASUMSI DASAR MENUJU METODOLOGI KRITIK SOSIAL

-      Abstrak
Banyak pemikir menyalahkan bahwa usaha-usaha yang didasarkan pada semangat Pencerahan untuk mencari kebenaran dan rasio universal atas nama kebebasan dapat membawa pada penyingkiran dan penekanan terhadap paradigma pikir yang lain. Efek negatif semangat pencerahan yang mendorong eksploitasi alam dan penindasan manusia memang dapat dibaca sebagai ‘bencana’, namun ‘jiwa murni’ dari pencerahan, sebagaimana dibaca dengan jernih oleh Habermas, adalah emansipasi. Teori besar Habermas berbicara tentang kolonisasi dunia-hidup oleh sistem, dan halangan komunikasi yang bebas dan terbuka. Dunia hidup adalah kenyataan komunikasi keseharian. Sistem bersumber pada dunia hidup, namun kemudian mengembangkan strukturnya sendiri yang tumbuh semakin berjarak dan terpisah dari dunia hidup. Sekalipun terdapat persoalan ‘ontoepistemis’ yakni terkait dengan ‘ketidakmungkinan’ bahwa partisipan dalam argumen dapat secara lengkap menghilangkan kepentingan pribadi, pemikiran kritis tetaplah produktif dalam usaha mereka untuk membawa unsur-unsur tak terkatakan dari pemikiran ke dalam realitas pertimbangan dan diskursus. Terdapat beberapa masalah yang masih terbuka, termasuk tuduhan ‘inkonsistensi’ Habermas terhadap ‘semangat emansipatoris’ yang muncul dalam Between Facts and Norms. Juga beberapa isu tentang globalisme dan identitas budaya. 

-      Kesimpulan
Pada saat sekarang perjuangan antara keyakinan yang berbeda yang digambarkan Weber dalam diagnosisnya yang terkenal pada waktu ini telah mendapatkan bentuk politisnya yang langsung sebagai suatu benturan antar kebudayaan. Banyak pemikir menyalahkan bahwa usaha-usaha yang didasarkan pada semangat Pencerahan untuk mencari kebenaran dan rasio universal atas nama kebebasan dapat membawa pada penyingkiran dan penekanan terhadap paradigma pikir yang lain. Efek negatif semangat Pencerahan yang mendorong eksploitasi alam dan penindasan manusia memang dapat dibaca sebagai ‘bencana’, namun ‘jiwa murni’ dari Pencerahan, sebagaimana dibaca dengan jernih oleh Hebermas, adalah emansipasi.Habermas secara nyata telah menerapkan cara berpikir dengan garis yang berbeda dengan jalan pemikiran Pencerahan yang tradisional sebagaimana dilakukan Kant, yang tidak menaruh perhatian pada kepentingan individu yang khusus. 
Teori besar Habermas berbicara tentang kolonisasi dunia-hidup oleh sistem, dan halangan komunikasi yang bebas dan terbuka. Dunia hidup adalah kenyataan komunikasi keseharian. Sistem bersumber pada dunia hidup, namun kemudian mengembangkan strukturnya sendiri yang tumbuh semakin berjarak dan terpisah dari dunia hidup. Sekalipun terdapat persoalan ‘ontoepistemis’ yakni terkait dengan ‘ketidakmungkinan’ bahwa partisipan dalam argumen dapat secara lengkap menghilangkan kepentingan pribadi, pemikiran kritis tetaplah produktif dalam usaha mereka untuk membawa unsur-unsur tak terkatakan dari pemikiran ke dalam realitas pertimbangan dan diskursus. 
Bagaimanapun tawaran Teori Kritis terletak pada dimensi ‘metateori’, yakni berbicara tentang kerangka di balik paradigma analisis dan praksis sosial. Banyak dimensi pemikiran Habermas yang belum diungkap, namun bangunan dasar Teori Kritis dalam konteks ontologis dan epistemologis telah diusahakan untuk dipaparkan. Terdapat beberapa masalah yang masih terbuka, termasuk tuduhan ‘inkonsistensi’ Habermas terhadap ‘semangat emansipatoris’ yang 
muncul dalam Between Facts and Norms. Juga beberapa issue tentang globalisme dan identitas budaya. Untuk kajian yang lebih suntuk, sungguh memerlukan ruang lain yang memadai. 

7.    The Phenomenological Tradition
Komunikasi sebagai pengalaman melalui pribadi dan dari orang lain melalui dialog. Pendukung teori ini mempercayai bahwa pengalaman diri sendiri lebih penting dan memiliki otoritas yang tinggi ketimbang hipotesa dari sebuah penelitian.
            Misalnya, tidak sengaja menjatuhkan sebuah robot sehingga part-nya berhamburan lalu kemudia mencoba untuk memasangkannya lagi. Ketika suatu hari mengalami hal yang sama, kita sudah tau part apa untuk bagian mana yang akan dipasangkan ke robot tersebut.
·     Contoh jurnal terkait tradisi Fenomenologi
-      Judul
DISONANSI KOGNITIF PADA PERILAKU SEKS PRANIKAH 

-      Abstrak
            Survei Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2015 tentang perilaku seks pranikah di kalangan remaja menunjukkan, 30 persen responden telah melakukan hubungan seksual sampai tahap penetrasi. Kenyataan akan perkembangan perilaku seks pranikah ini membentuk sikap permisif yakni sikap positif terhadap perilaku seks pranikah. Fokus penelitian adalah disonansi kognitif pada sikap permisif terkait perilaku seks pranikah di kalangan remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah Interpretative Phenomenological Analyses (IPA) atau Analisis Fenomenologis Interpretatif. Hasil penelitian memperlihatkan, pada informan yang tidak mengalami disonansi maka proses komunikasi berbentuk tindakan untuk tidak melakukan perubahan apapun pada salah satu elemen disonansi, seperti merubah keyakinan/kepercayaan atau merubah tindakan; tidak menambahkan elemen kognitif konsonan baru dalam hal ini termasuk upaya secara aktif untuk mencari informasi lain yang mendukung keyakinan yang dimiliki. Pada informan yang mengalami disonansi, dalam upaya mencapai konsistensi kognitif maka individu akan mencari informasi lain yang dapat mendukung tindakannya untuk menjauhi perilaku seks pranikah.

-      Kesimpulan
            Secara umum, hasil penelitian memperlihatkan bahwa manakala ada pertentangan dua elemen kognitif maka akan muncul disonansi akibat in­ konsistensi kognitif. Dua elemen kognitif yang bertentangan terkait penelitian adalah norma keluarga yang menegaskan bahwa perilaku seks pranikah adalah perilaku yang bertentangan dengan agama dan norma sosial/masyarakat, dan sikap permisif terhadap perilaku seks pranikah. Yaitu, sikap positif terhadap perilaku seks pranikah yang ditunjukkan dalam gaya berpacaran yang ”serba boleh”, mulai dari berciuman hingga akhirnya bersenggama, dimana sikap tersebut disepakati oleh kedua belah pihak atau ”mau sama mau”. Lebih lanjut, hasil penelitian memperlihatkan bahwa jika individu mengalami disonansi maka akan ada upaya untuk mencapai konsistensi dalam kognitif. Misalnya, dengan melakukan perubahan pada salah satu elemen disonansi, seperti merubah keyakinan/kepercayaan atau merubah tindakan. Sebaliknya, jika individu berada dalam kondisi konsonan, maka individu tidak akan melakukan ataupun menambahkan elemen kognitif baru. Dalam hal ini termasuk upaya secara aktif untuk mencari informasi lain yang mendukung keyakinan yang dimiliki. Dan, agar tetap berada dalam konsistensi kognitif, proses komunikasi yang dilakukan adalah menurunkan arti penting dari elemen disonan, yaitu sikap permisif terhadap perilaku seks pranikah. Terkait peran dari kelompok sebaya, penelitian ini memperlihatkan bahwa norma keluarga yang diperoleh melalui proses pendidikan keluarga lebih berperan dibandingkan norma kelompok sebaya, terkait sikap permisif terhadap perilaku seks pra­ nikah. Norma keluarga telah menjadi acuan internal untuk menilai sebuah pesan yang diterima. Acuan ataupun referensi yang dimiliki oleh individu akan mampu menentukan perubahan sikap apa yang akan diterima serta perubahan apa yang akan ditolak. Setiap pesan atau informasi persuasif yang mendekati acuan atau referensi diri akan cenderung mendorong terjadinya perubahan sikap, dan sebaliknya. 








No comments:

Post a Comment

Uses and Gratifications (Teori Kegunaan dan Kepuasan)- Elihu Katz

Chapter 28 From Em Griffin Books Uses and Gratification (Elihu Katz) Teori ini menekankan titik berat terhadap penelitian yang dilakuka...