Sunday 30 June 2019

The Rhetoric (Teori Retorika)- Aristotle

Chapter 22 From Em Griffin Books                   
The Rhetoric (Aristotle)
Retorika adalah cara berkomunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. Aristotales mendefinisikan retorika sebagai seni penyampaian pidato. Dalam retorika, terdapat 3 unsur yaitu speaker (pembicara/ orang yang menyampaikan pesan), speech (pesan yang akan disampaikan) dan audience (orang yang mendengarkan dan menerima pesan).

#Rhetorical Proof: Logos, Pathos Ethos
1.    Logos
Yaitu segala hal yang disampaikan oleh speakers haruslah sesuai fakta, masuk akal, berurutan penyampaiannya dari mulai hal general ke hal yang lebih spesifik.
2.    Ethos
Yaitu speakers harus dapat meyakinkan audience. Ethos berkaitan dengan kepercayaan. Speakers haruslah memiliki kualitas yang baik, jujur, intelligence, kredibility, karakter yang baik, goodwill, trustworthy
3.    Pathos
Yaitu segala hal berkenaan dengan pembawaan di speakers. Lebih tepatnya emosi. Apakah speakers itu anger or calmness, friendliness or enmity, fear or confident, indignation or pity, admiration or envy.

# The Five Canons of Rhetoric
1.    Invention
Yaitu speakers berusaha menemukan sesuatu yag akan dia bahas. Biasanya sesuatu yang terbaru atau yang sedang booming agar isi retorika menarik bagi audience.
2.    Arrangement
Yaitu speaker’s speech berurutan atau tidak. Terkadang ada pembicara yang mengulang ulang kalimat.
3.    Style
Yaitu apakah style yang disajikan si speakers dapat dinikmati audience-nya ga? Apa gaya berbicara/ penampilannya agak jengah atau tidak.apakah biasa saja atau berbeda dari speakers lainnya?
4.    Delivery
Yaitu keadaan dimana pesan yang disampaikan speakers berbelit belit atau mudah alias lancer?
5.    Memory
Yaitu ingatan mengenai apa yang disampaikan si speakers
-      Speakers: nguasain materi ga?
-      Audience: inget videonya ga?


Sunday 23 June 2019

Dramatism (Teori Drama)- Kenneth Burke

Chapter 23 From Em Griffin Books
Dramatism (Kenneth Burke)
Dramatism atau yang biasa disebut drama merupakan sebutan dari istilah “Human life is like dama” yaitu kehidupan manusia seperti drama. Drama tentang bagaimana mereka memerankan diri mereka di kehidupan mereka dan terhadap kehidupan orang lain. Setiap orang terkadang memerankan diri mereka sebagai hero, victims, or villain. Setiap perkataan manusia memiliki arti simbolik. Yakni apa yang manusia katakana memiliki makna tersendiri.
            Ada 3 istilah yang berkaitan dengan dramatism. Pertama, realm of motion yakni sesuatu yang bergerak mengikuti sebab/ efek tanpa maksud. Misalnya, seorang motivator yang menceritakan background dirinya saat fighting their life including their achievemet. That’s all about “to inspire” bukan buat menyombongkan diri. kedua, symbolic action yakni kata kata yang digunakan agar apa yang dia sampaikan akan dapat tersampaikan. Ketiga, dramatism.

#Language as The Genesis of Guilt
Bahasa sebagai cara untuk mengurangi keresahan ataupun rasa bersalah. Drama terbentuk karena keresahan pada diri sendiri mengenai sesuatu diluar sana. To critic something then, speak it up. Ada keharusan yang mucul dalam diri mereka untuk mengatakan sesuatu kepada orang lain. Misalnya, breauty vlogger muncul karena dizaman ini dimana mana perempuan sering dituntut untuk jadi canti. Akhirnya banyak beauty vlogger yang meberikan tips and trick makeup agar mereka terlihat cantik didepan banyak orang.
Guilt muncul ketika kita menemukan there is something wrong in this world. So, all we have to do is speak up. 

# The Guilt-Redemption Cycle: a universal motive for rhetoric
            Ada istilah scapegoat yakni sebutan bagi orang orang yang menyalahkan dirinya karena keresahan yang mereka alami. To identify their scapegoat  position, there are 4 points. first, “Devil-Term” that sum up all speaker sebagai orang yang bad, wrong, and evil. Second, “God-term” yakni speakers yang meposisikan dirinya sebagai malaikat dengan memberikan pencerahan, motivasi, dan all the good vibes. Third, “mortification” yakni sebutan bagi speakers yang mengklarifikasi suatu hal. Baik perbuatannya maupun perbuatan orang lain agar orang lain tidak salah paham. Juga bagi speakers yang memintamaaf kepada khalayak public mengenai keselahan dirinya. Fourth, “Victimage” yakni speakers yang menjelaskan bahwa ia merupakan korban dari suatu masalah. 

# Identification: without it, there is no persuasion
Mengidentifikasi diri khususnya bagi speakers adalah hal yang wajib. Karena speakers cenderung memberikan peruasi kepada orang lain. Agar persuasi nya didengar orang lain dan dihargai orang lain, speakers haruslah mengatakan apa yang sebenernarnya without lying. Misalnya, bagi vlogger yang ingin menjelaskna tips dan trik lolos sbmptn, ia sebaiknya merupakan orang yang lolos dalam seleksi sbmptn agar orang orang mudah terinspirasi dan mempercayai apa yang ia katakan.

# The Dramatistic Pentad: a lens for interpreting symbolic action
Yakni apa saja yang dapat digunakan untuk melihat upaya dari speakers dengan menggunakan 5 kunci drama: act, scene, agent, agency, and purpose.
a.     Act: tentang apa yang dilakukan
b.     Agent: siapa yang melakukan
c.     Agency: tentang tindakan apa yang akan dilakukan namun dibuat lebih menarik. To create something that have a different and interesting values. Misalnya, review makeup bold or makeup for grad
d.     Scene: tempat
e.     Purpose: tujuan dari tindakan yang akan dilakukan

# Ratio: the relative importance of each part of the pentad
 Mengenai apa yang paling menonjol dari pentad bagi speakers saat menyampaikan persuasi/ drama yang ia lakukan. 

# Contoh Keterkaitan Video Blog dengan Teori Dramatism

Judul Vlog                  : Boleh Gak Sih Suka Sama K-Pop? #NgobrolBarengWirda
Pemilik Akun              : Wirda Mansur
Tahun Pembuatan        : 2017
 Analisis                      :
Mendengar isu meninggalnya artis korea jong hyun yang merupakan member Shinee karena perbuatan bunuh diri yang ia lakukan. Tentu saja membuat banyak sekali fans K-Pop yang bersedih. Termasuk fans yang berada di Indonesia terkhusus bagi umat muslim. Wirda Mansur mula-mula menjelaskan dari sisi agama mengenai buruknya perbuatan bunuh diri dimata Allah SWT.  
1.     Language as the genesis of guilt
Dalam video ini, Wirda Mansur  muncul dengan video yang membahas mengenai boleh tidaknya menjadi fans k-pop karena saat itu sedang ramai ramainya artis korea yang meinggal lalu ditangisi oleh fangirl nya terutama fangirl muslim di Indonesia. Sehingga banyak orang yang bertanya mengenai boleh tidaknya. Akhirnya dalam vlognya, wirda menjelaskan kalau boleh saja suka namun jangan sampai berlebihan.
2.     The guilt-redemption cycle: a universal motive for rhetoric
Dalam vlog nya, wirda chose God-term for her scapegoat. Karena dalam video ini ia seperti malaikat yang menjelaskan pertanyaan tersebut dan dikaitkan dengan ajaran agama islam.
3.     Identification: without it, there is no persuasion
Wirda merupakan salah satu influencer yang banyak digandrungi masyarakat di Indonesia. Tidak hanya parasnya yang cantik, namun juga ia merupakan hafizah 30 Juz Al-Quran. Membuat semua orang terkagum kepadanya. Ditambah lagi, ia seringkali berceramah kepada khalayak remaja dengan menggunakan  bahasa yang santai, simple dan mudah diingat. Sehingga, ketika wirda membuat video mengenai pertanyaan “boleh tidak ngefans sama k-pop”, akan mempersuasi orang yang menontonnya bahwa suka tidak boleh berlebihan.
4.     The dramatistic pentad
a.     Act: menjawab isu tentang k-pop
b.     Agent: wirda Mansur sebagai agent/ orang yang do it.
c.     Agency: menjawab isu tentang boleh ga sih ngefans sama K-Pop
d.     Purpose: agar k-popers terutama muslim di Indonesia tidak berlebihan dalam menyukai idolanya. Khawatir perilaku buruk yang dilakukan idolanya dicontoh pada dirinya seperti tindakan bunuh diri  yang dilakukan artis korea
5.     Ratio: the relative importance of each part of the pentad

Yang paling menonjol dari pentad adalah purposenya. Wirda menjelaskan hukumnya, dan nasihat nasihat yang ia brikan kepada viewrs-nya, dsb.

Tuesday 18 June 2019

Muted Group Theory (Teori Kebungkaman)- Cheris Kramarae

Chapter 33 From Em Griffin Books
Muted Group Theory (Cheris Kramarae)
Teori bungkam adalah teori yang menyatakan bahwa kelompok yang lebih dominan cenderung menekan kelompok minoritas dalam banyak hal. Misalnya, membungkam kata, ide, gagasan, dan wacana. Dalam teori ini, semua orang yang berpendapat tidak bisa disetarakan karena berasal dari latar belakang sosial dan budaya yang berbeda. Muted group terjadi karena adanya konstruksi fikiran dari kaum lain (laki-laki atau kaum dominan lainnya). Teori ini berkenaan dengan penggunaan bahasa. 
Perempuan dan kaum marjinal lainnya tidak sebebas laki-laki dalam menyampaikan pendapatnya dimuka umum. Asumsi pengenai suatu hal juga biasanya berasal dari laki-laki. Misalnya, definisi perempuan yang cantik di asumsikan harus memiliki badan yang tinggi, kulit putih, hidung mancung. Padahal semua perempuan itu cantik pada porsinya. 
Tidak hanya sebatas itu saja, asumsi akan dunia dibentuk oleh laki-laki juga terjadi. Contohnya, banyak laki-laki yang mendefinisikan perempuan tangguh adalah perempuan yang berpenampilan tomboy, mandiri, tidak suka menggunakan riasan.  Padahal, perempuan yang memiliki penampialan feminism, bisa saja tangguh. 

# Muted Groups: black holes in someone else’s universe
Muted group yang berisikan orang orang yang berasal dari kaun minoritas dianggap sebagai titik hitam dalam kehidupan. Tidak begitu dianggap. Alhasil kaum dominan membuat persepsi sendiri mengenai mereka.

# The Masculine Power to Name Experience
          Masalahnya terletak pada how men facing women dalam berbagai hal. Misalnya, laki-laki menganggap pengalaman wanita berbeda dengan laki-laki dalam hal politik, kedudukan, laki-laki menilai mereka lebih kuat dan bijaksana dalam mengambil berbagai keputusan.

# Man as The Gatekeepers of Communication
            laki-laki dianggap penjaga perempuan dalam komunikasi. Contoh dibuku, nama Cheris Kramarae yang diminta suaminya untuk mengganti namanya seperti nama suaminya. Contoh dalam hubungan pekerjaan, laki-laki menjadi editor, produser, juga harus menjaga bagiannya agar melindungi hak orang lain. Laki-laki dalam gatekeepers dinilai mampu menjaga orang lain.
# Speaking Women’s Truth in Men’s Talk: The Problem of Translation


# Keterkaitan Muted Group Theory dengan Film
Judul               : Legally Blonde
Tahun Rilis      : 2001
Sutradara         : Robert Luketic

Sosok gadis kaya, cantik, modis dan sosialita “banget” muncul di kampus Harvard yang serba serius. Dia muncul dengan pakaian yang serba pink “ngejreng”, pake kipas berbulu, dan anjing chihuahua kesayangannya. Tak ketinggalan karpet empuk, sofa serta seperangkat alat make-up.
Elle Woods yang diperankan Reese Witherspoon tak menyangka bisa masuk kampus yang terkenal serius. Meski film lama, film komedi Legally Blonde (2001)yang disutradarai oleh Robert Luketic ini layak kamu tonton kembali.
Dalam film “Legally Blonde”, si blonde berjuang keras menumpas anggapan buruk tentang dirinya. Bukan apa-apa, di Harvard, gadis-gadis tipe ini dianggap tidak memiliki kecerdasan yang optimal. Kisah cintanya pun kandas. Ia terluka dan sakit hati ketika kekasihnya mengatakan, dia nggak cukup cerdas serta tak memiliki masa depan yang baik.
Elle geram.
Ia belajar keras bagaimana menjadi seorang “gadis kutu buku” demi masuk Harvard. Bahkan untuk menarik perhatian, Elle mengirimkan video essay yang berbeda dengan calon pelajar di Harvard lainnya. Bayangkan video berbikini di pinggir kolam renang!
Pastinya dong para dewan kampus luluh hatinya dan Elle masuk ke Harvard Law School.
Perjuangan menjadi gadis kampus Harvard yang smart belum usai. Ia mengalami kesulitan dengan para mahasiswa, terutama dengan sang mantan pacar yang meremehkannya. Elle juga merasa kesulitan untuk mengikuti materi kuliah di kelas. Elle down, dan hampir menyerah.
Untunglah seorang mahasiswa tingkat akhir yang tampan bernama Emmett Richmond memberi Elle saran yang sangat simpel dan mungkin bisa kita terapkan di bangku kuliah. Mau tau?
1. Pelajari karakter dosen. Tipe seperti apa mereka? Apakah mereka tipe dosen yang suka dengan mahasiswa yang kritis dan menyukai diskusi, atau dosen teksbook yang tidak suka di debat. Atau bahkan dosen killer, yang tidak dapat disangka pikirannya dan sering memberi kuis dadakan sehingga mahasiswanya harus siap setiap saat.
2. Pelajari materi sebelum kuliah. Pelajari gaya dosen mengajar, biasanya tipe kuis dan ujian apa yang mereka berikan.
Intinya gak hanya materi kuliah, tapi pelajari juga karakter sang dosen. Inilah kunci rahasia untuk mengetahui bagaimana membuat perhatian dan membuat dosen ini terkesan. Targetnya masuk daftar list mahasiswa berpotensi bagi sang dosen. Dan hal ini berpengaruh ketika sang dosen mencari mahasiswa berpotensi untuk bekerjasama dengan mereka.
Tantangan lain sang gadis blonde dalam film ini adalah saat ikut membantu memecahkan kasus pembunuhan. Beruntunglah ia karena memiliki pengetahuan fashion sehingga misteri pembunuhan dapat terungkap.


Sunday 16 June 2019

Standpoint Theory (Teori Sikap)- Sandra Harding & Julia T. Wood

Chapter 32 From Em Griffin Books
Standpoint Theory (Sandra Harding & Julia T. Wood)

Standpoint theory dapat juga disebut dengan teori sikap. Teori standpoint percaya bahwa  pandangan kita terhadap dunia tergantung pada social location. Social location adalah lokasi sosial yang dibentuk oleh karakteristik demografi termasuk jenis kelamin, ras, suku, gender, ataupun status ekonomi. Wood mengatakan bahwa grup sosial dimana we live in, is powerfully shape what we experience and tahu betul bagaimana kita memahami dan berkomunikasi dengan dirikita, orang lain dan dunia. 

            
# The Help: Stories from the lives of marginalized women
            Dalam bab ini, standpoint theory hubungannya dengan kelompok marjinal. Yakni kelompok yang bukan merupakan kelompok dominan berkuasa. Dalam film “The Helps”, yang menjadi kaum marjinal adalah wanita-wanita ras kulit hitam. Di daerah missisipi, ras kulit hitam berperan sebagai babysitter ataupun pembantu rumah tangga. Pemeran ras kulit putih dalam film “The Helps”, memiliki knowledge mengenai ras kulit hitam bahwa ras kulit hitam berbahaya bagi mereka. Namun knowledge itu hanya berlaku di wilayah mississipi. 

# Knowledge From Nowhere vs. Local Knowledge
            Standpoint theorists (orang-orang yang memiliki hierarki tinggi dalam social life, ialah yang berhak menentukan “makna”, “perilaku” dan “definisi” terhadap sesuatu (ras, gender, etc). Contohnya, kulit putih tidak ingin bercampur toilet dengan kulit hitam karena dianggap membawa penyakit yang membahayakan. Kulit putih menganggap kulit hitam hidup hanya sebatas menjadi nanny bagi anak anak ras kulit putih. Dan kerap kali disalahkan jika ada sesuatu yang mereka tidak sukai.
·     Local Knowledge: pengetahuan lokal. Yang berada pada region tertentu saja. Jadi, apa yang orang kulit putih lakukan terhadap kulit hitam di daerah missisipi, berbeda dengan daerah-daerah lainnya. 

# Strong Objectivity: less partial views from the standpoint of women
            objektifitas tinggi: pandangan yang tidak memihak dari teori sikap bagi wanita jika akan melakukan penelitian menganai standpoint theory, si peneliti haruslah objektif (tidak memihak). Biarkan masing masing pihak membeberkan realitas (berupa kritikan, perlawanan, fakta)  yang ada dan yang mereka punya. 

#Theory To Practice: communication research based on women’s lives
            Penelitian komunikasi berdasrkan kehidupan wanita. Pada standpointtheory, penelitian komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan kritis. Karena standpoint theory itu mengkritisi kaum marjinal. Dalam film The Helps, Skeeter menggali bebagai informasi keresahan wanita kulit hitam yang seringkali mendapatkan perlakuan semena- mena oleh majikannya yang berkulit putih. Selain ia mulai menanyakan hal hal dasar, ia juga menggali berbagai informasi dengan deep research kepada banyak pembantu rumah tangga peempuan berkulit hitam disana. Ia mengumpulkan mereka di rumah Aibileen. Karena skeeter membutuhkan informasi lebih dalam untuk menerbitkan bukunya yang berisikan kritisi terhadap perlakuan ras kulit putih.

# The Standpoint of Black Feminist Thought
            Standpoint theory kaitannya dengan pemikiran mengenai orang orang yang berkulit hitam. Dalam kata kata Collins di bukunya, “Black Feminist Thought” mendeskripsikan 4 cara perempuan kulit hitam validate what they know:
a.     Lived experience as a criterion of meaning
            Mereka mengandalkan pengalaman yang dialami sendiri untuk dijadikan acuan untuk mengklaim sesuatu dibandingkan hanya sebatas pengetahuan lewat oranglain dan bacaan. Adanya berita penyebaran penyakit yag disebabkan orang kulit hitam, memacu ras kulit putih untuk membuatkan mereka toilet terpisah karena dianggap membawa penyakit. Padahal ras kulit hitam tidaklah membawa penyakit. Pengalaman minny, ia mencoba menggunakan toilet majikannya tanpa sepengetahuan siapapun, dan ketika majikannya menggunakan juga, ia tidak menderita penyakit apapun.
b.     The use of dialogue in assessing knowledge claims
            Agar ide mereka teruji/ dipercaya, semua orang dalam grup itu harus setuju. Jika ada yang disagree, ia dianggap berhianat. Skeeter memperoleh informasi tidak hanya berdasarkan pengalaman Aibileen dan Minny saja. Namun dari banyak rekan Aibileen yang memiliki nasib yang sama. Dan mereka semua setuju bahwa majikan majikan mereka memperlakukan mereka seperti itu. Ketika semua memiliki pengalaman yang sama dan juga mereka menyetujui, skeeter dapat mempercayai apa yang sebenarnya mereka alami.
c.     The ethic of caring
            Emosi mempegaruhi argument yang mereka sampaikan. Suara mereka sama pentingnya dengan apa yang ada dalam diri mereka yang ingin dikatakan. Dalam menyampaikan argumentasi mereka kepada Skeeter, para wanita ras kulit hitam yang menjadi pembantu menyampaikannya sesuai apa yang mereka rasakan selama ini. 
d.     The ethic of personal accountability
            Penilaian dari pengetahuan individu secara stimulus mengevaluasi karakter, nilai, dan etika. ketika wanita berkulit hitam menilai karakter wanita kulit putih yang buruk karena memperlakukan mereka tidak manusiawi. Pembantu ras kulit hitam merawat anak anak ras kulit putih dengan baik hingga dewasa. Ketika suda dewasa, anak anak itu malah tumbuh seperti ibunya yang mendiskriminasi mereka.

# Keterkaitan Standpoint Theory dengan Film 
Judul Film       : The Helps
Tahun Rilis      : 9 Agustus 2011
Sutradara         : Tate Taylor
Tentang           : Diskriminasi Ras
Sinopsis          :

The Help yang menjadi salah satu film dengan isu diskriminasi ras yang cukup mengena. Film yang menerapkan setting tahun 60-an ini secara jelas menggambarkan sebuah isu diskriminasi ras antar kulit putih dan kulit hitam. Ceritanya dibalut dengan konflik yang kebanyakan tokoh utamanya adalah perempuan (baca: ibu-ibu) di kota bernama Jackson. Tiap scene menceritakan kejamnya mereka (si kulit puith ini) terhadap para pembantunya (si kulit hitam) dengan cara-cara yang tak bisa di nalar.
Cerita dimulai dengan adegan flash back (wawancara seorang pembantu berkulit hitam bernama Aibileen (Viola Davis) dengan seorang wanita kulit putih. Ia menceritakan bagaimana dirinya selama bertahun-tahun menghabiskan tiap detik waktupnya sebagai pembantu rumah tangga, melayani majikannya yang selalu saja berkulit putih. Selama menjadi pembantu, ia juga mengasuh anak dari majikannya yang di kemudian hari menjadi majikannya lagi (begitu terus sampai ia mendapatkan karier sebagai penulis).
Cerita pun berlanjut, kehidupan Aibileen dan majikannya  selalu dibumbui dengan berbagai masalah yang membuat saya –jujur begitu mengiris hate (baca: hati). Suatu hari, Elizabeth (anak dari majikan sebelumnya yang kini jadi majikannya) mulai terpengaruh oleh para ibu-ibu alay di lingkungannya. Satu tokoh yang berhasil memerankan karakter menjijikan dalam film ini bernama Hilly (Bryce Dallas Howard). Hilly adalah seorang ibu rumah tangga yang merangkap sebagai ketua genk dari sebuah komunitas ibu-ibu alay di kota Jackson.
Hilly memiliki teori yang benar-benar sesat, bahwa para pembantu (berkulit hitam) mereka haruslah dibuatkan toilet sendiri di luar rumah. Hal ini karena Hilly meyakini para pembantu tersebut bakal menularkan penyakit jika menggunakan toilet yang sama. Hilly memiliki pembantu bernama Minny (Octavia Spencer), yang dikemudian hari ia pecat karena menggunakan toiletnya. Tidak, si pembantu tersebut belum sempat mengeluarkan urine-nya, dan sudah di pecat duluan. Para ibu-ibu alay akhirnya berhasil disesatkan oleh Hilly dan mereka meng-iya-kan pendapat Hilly untuk membuatkan toilet sendiri bagi para pembantunya yang berkulit hitam.
Kemudian muncullah sosok Skeeter (Emma Stone), seorang perempuan dengan rambut keriting keemasan yang merasa tergetar hatinya melihat kelakukan para ibu-ibu alay tersebut. Skeeter ini baru datang ke Jackson setelah sekolah di luar Kota. Oh iya, wanita ini berkulit putih, masih lajang dan memeliki pemikiran yang jauh berbeda dengan mereka si kulit putih.
Skeeter yang bercita-cita menjadi seorang jurnalis atau novelis atau keduanya, kemudian berencana membukukan kisah-kisah para pembantu kulit hitam atas perlakukan yang mereka terima dari majikannya. Langkah ini menurut Skeeter –niscaya bakal mengubah konsep pemikiran melenceng dari ibu-ibu alay di Jackson tersebut. 

Uses and Gratifications (Teori Kegunaan dan Kepuasan)- Elihu Katz

Chapter 28 From Em Griffin Books Uses and Gratification (Elihu Katz) Teori ini menekankan titik berat terhadap penelitian yang dilakuka...